Jadi Komut di Pertamina, Ahok Mengaku Sering Diancam: Banyak yang Ingin <i>Pindahin</i> Saya
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Foto: Instagram @basukibtp)

Bagikan:

JAKARTA - Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengungkapkan sulitnya menjadi petinggi di badan usaha milik negara (BUMN) sektor energi dalam hal ini PT Pertamina. Bahkan, Ahok mengaku mendapat berbagai macam ancaman.

Ahok mengatakan sebagai dewan komisaris, tugas utama dirinya mengawasi kinerja direksi dan seluruh perusahaan. Karena itu, dia mengaku harus terima tidak disenangi banyak orang dalam pengambilan keputusan.

Lebih lanjut, Mantan Gubernur DKI Jakarta ini berujar bahwa risiko menjadi Komut BUMN adalah memiliki banyak musuh. Sehingga bukan tidak mungkin, dirinya dapat kehilangan jabatan tersebut kapan saja.

"Hari ini saya masih di Komut Pertamina, besok-besok sudah enggak jelas. Sudah banyak yang ingin mindahin saya," ujarnya dalam diskusi virtual, Kamis, 8 Juli.

Ahok mengaku sudah paham sulitnya menjalankan etika terlebih lagi di perusahaan besar seperti BUMN. Bahkan, kata dia, sejumlah hal yang sempat dirinya soroti malah berujung ancaman dan dimusuhi.

Terbaru, Komut pertamina ini membuat heboh mengenai limit kartu kreditnya. Ia menjelaskan alasannya mengemukakan bahwa kartu kredit miliknya tak limit untuk menunjukkan soal etika.

"Sama kayak kartu kredit saya sengaja kerjain, Rp30 miliar, itu katanya adalah limitnya Dekom, saya enggak berani taruh banyak. Sekretaris saya yang bayar. Mereka marah-marah 'enggak kamu cuma Rp75 juta'. Saya tantang yang bener buka dong punya kamu pake ke mana aja, enggak berani buka kan, berarti ada fraud," tuturnya.

Menurut Ahok, sangat mudah dirinya mengetes kejujuran seseorang. Kata dia, jika jujur seharusnya orang tersebut berani menunjukkannya.

"Dia ada kejujuran atau tidak, kalau jujur kenapa enggak berani buka. istilahnya KPK, kalau Anda bersih kenapa takut," katanya.

Lebih lanjut, Ahok mengatakan hal seperti ini perlu dilakukan sebagai bentuk transparansi. Termasuk juga dalam segala macam bentuk pengadaan barang yang mesti menerapkan transparansi. Atas dasar itu, dia juga menegaskan tak ambil pusing dengan berbagai ancaman atau ketidaksenangan banyak pihak terhadap dirinya.

"Memang akhirnya banyak musuh kalau edukasi seperti ini. Nakutin lewat orang dekat saya, emang gua pikirin. Saya bilang 'saya udah sering ditakutin orang kok, masuk penjara aja pernah kok. Ngapain pusing', saya udah terlalu sering diancam," jelasnya.