Baru AstraZeneca yang Boleh Jadi Syarat Perjalanan Haji dan Umrah, Vaksin Bikinan China Belum Kantongi Izin WHO
Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan selain vaksin AstraZeneca, semua jenis vaksin di Indonesia sejauh ini belum bisa digunakan sebagai syarat perjalanan ibadah haji maupun umrah ke Arab Saudi.

Seperti diketahui, dalam program vaksinasi nasional, pemerintah Indonesia menggunakan vaksin buatan Sinovac maupun vaksin buatan PT Bio Farma yang bahan bakunya berasal dari Sinovac. Keduanya maupun vaksin lain terutama buatan China, kata Honesti, belum mengantongi sertifikat dari organisasi kesehatan dunia (WHO)

"Memang belum satupun vaksin yang kita gunakan saat ini masuk kecuali AstraZeneca, yang vaksin dari China emang belum," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR, Kamis, 20 Mei.

Sementara itu, kata Honesti, vaksin Sinopharm sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari WHO. Sementara untuk Sinovac masih dalam proses.

Honesti menyampaikan, sebelumnya Bio Farma sudah melakukan diskusi dengan pihak Sinovac. Dari situ diketahui bahwa tidak ada data apapun yang diminta WHO sebagai persyaratan persetujuan EUA. Sehinga pemberian izin penggunaan darurat hanya tinggal menunggu waktu.

"Mudah-mudahan mungkin awal Juni atau Minggu kedua Juni, Sinovac sudah mendapatkan EUA dari WHO. Sehingga nati bsia menjadi dasar kita berkomunikasi dengan pemerintah Arab Saudi, Sinovac, Sinopharm, dan semua vaksin yang digunakan di Indonesia layak untuk menjadi persyaratan," jelasnya.

Sekadar informasi, Otoritas Arab Saudi mengizinkan ibadah umrah, namun dengan catatan hanya untuk jemaah yang sudah divaksin Covid-19. Belakangan Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas mempertegas bahwa izin tersebut berlaku bagi jemaah yang memang sudah disuntik vaksin dengan sertifikasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sementara diketahui vaksin COVID-19  Sinovac yang kebanyakan disuntikan kepada masyarakat Indonesia, dikatakan Yaqut belum disertifikasi oleh WHO. Kendati belum bersertifikat dari WHO, menurut Yaqut, vaksin Sinovac bukan berarti tidak bisa. Ia berujar kemungkinan besar Sinovac masih dalam proses mendapatkan sertifikat dari WHO.