JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022 sebagai instrumen keuangan yang bersifat fleksibel dan responsif.
“Anggaran ini akan tetap kami jalankan secara akuntabel serta berhati-hati,” ujarnya dalam Rapat Paripurna DPR terkait dengan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) di Kompleks Parlemen Jakarta, Kamis, 20 Mei.
Menurut Menkeu, dukungan fiskal masih diperlukan dalam upaya pemulihan ekonomi. Salah satu yang menjadi fokus adalah bidang kesehatan.
“Indonesia termasuk salah satu negara yang paling cepat dalam memastikan supply vaksin untuk mencapai herd immunity,” tuturnya.
Dalam catatan Menkeu, hingga pertengahan Mei 2021 pemerintah telah memberikan 22 juta vaksin kepada masyarakat.
“Kami akan terus melakukan upaya percepatan pemberian vaksin guna mendorong kepercayaan pada sektor ekonomi,” katanya.
BACA JUGA:
Seperti yang diberitakan VOI sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Keuangan merencanakan APBN 2022 dengan pendapatan sekitar Rp1.823 triliun. Sementara untuk sektor belanja disebutkan sebesar Rp2.631 triliun.
Dari estimasi tersebut dapati bahwa defisit anggaran akan berada pada kisaran 800 triliun atau setara 4,5 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Adapun, pada APBN 2021 ditargetkan pendapatan negara sebesar Rp1.743 triliun, dengan belanja Rp2.750 triliun. Artinya, defisit anggaran tercatat sekitar Rp1.000 triliun atau setara 5,7 persen
“Instrumen fiskal masih mengambil peran utama dalam penanganan pandemi pada tahun ini dan tahun depan,” tegas Menkeu Sri Mulyani.