Nippon Indosari, Produsen Sari Roti Milik Konglomerat Anthony Salim Raup Penjualan Rp787 Miliar di Kuartal I 2021
Pabrik Sari Roti. (Foto: Dok. Nippon Indosari Corpindo)

Bagikan:

JAKARTA - Produsen Sari Roti, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk membukukan penurunan pendapatan di kuartal I 2021. Meski demikian, penjualan perusahaan berkode saham ROTI ini diakui Direktur Nippon Indosari Arlina Sofia, tumbuh dalam tiga kuartal terakhir.

Dikutip dari keterangan resmi Sari Roti di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis 29 April, pendapatan hingga akhir Maret 2021 itu turun 13,78 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp912,87 miliar.

"Suatu capaian kinerja yang sangat baik dari kanal penjualan modern maupun tradisional, khususnya di tengah tekanan pandemi COVID-19," kata Arlina.

Arlina menuturkan, penjualan Sari Roti dari kanal tradisional (general trade) didukung oleh perluasan sebaran distribusi pada wilayah barat dan timur Indonesia. Selain itu, ia menyebut, ROTI juga aktif menangkap peluang pasar di area pemukiman melalui aplikasi pesan Whatsapp dengan fitur chatbot.

"Kontribusi kanal tradisional terhadap total penjualan meningkat signifikan menjadi 32 persen pada kuartal I 2021 dibandingkan 25 persen pada kuartal I 2020 atau sebelum pandemi," jelas Arlina.

Sementara itu, penjualan dari kanal modern (modern trade) masih menjadi kontributor terbesar penjualan seiring dengan pemulihan waktu operasional gerai fisik.

Jika dirinci, penjualan roti tawar tercatat turun 13,26 persen secara tahunan (year-on-year) menjadi Rp589,53 miliar pada akhir kuartal pertama tahun ini. Selanjutnya penjualan roti manis turun 19,98 persen yoy menjadi Rp260,63 miliar.

Di sisi lain, penjualan kue tumbuh 10,73 persen yoy menjadi Rp28,89 miliar dan lain-lain melesat 576,62 persen yoy menjadi Rp5,21 miliar. Koreksi pendapatan pun menggerus laba bersih perseroan sebesar 27,15 persen menjadi Rp56,70 miliar dari sebelumnya Rp77,84 miliar.

Arlina menegaska,  kinerja kuartal I 2021 ini tidak seimbang bila dibandingkan dengan kinerja kuartal I 2020 karena adanya pandemi saat ini.

"Akan lebih tepat bila melakukan perbandingan kuartalan untuk mengkaji profitabilitas maupun melihat tren positif penjualan," ujar Arlina.