Bagikan:

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menanggapi rencana PT Freeport Indonesia yang mengajukan perpanjangan ekspor konsentrat tembaga.

Dikatakan Bahlil, hal ini merupakan imbas atas insiden terbakarnya industri pemurnian PTFI pada Oktober yang lalu sehingga operasional smelter harus berhenti sementara waktu.

Padahal, kata dia, izin ekspor konsentrat tembaga PTFI sebelumnya akan berakhir pada Desember 2024.

"Sekarang di Freeport lagi ada trouble dikit di asam sulfatnya kalau tidak salah ya, lagi mengajukan proposal untuk ekspor konsentrat," ujar Bahlil yang dikutip Kamis, 5 Desember.

Bahlil mengaku pemerintah akan berhati-hati dalam menanggapi proposal perpanjangan ekspor tembaga ini.

Dia meminta kejelasan PTFI terkait lamanya proses perbaikan smelter usai dilanda insiden kebakaran pada Oktober 2024.

"Saya bilang tunggu dulu, harus kita bicara jelas. Berapa lama ini kerjanya?" sambung Bahlil.

Menurutnya, peristiwa kebakaran ini jangan sampai menjadi alasan bagi PTFI untuk melakukan ekspor bahan mentah lantaran keuntungan yang didapat dari smelter tidak seberapa.

Apalagi, smelter yang baru diresmikan tersebut akan mencapai tahap produksi dengan kapasitas penuh pada akhir tahun 2024.

"Jangan sampai ini dianggap nanti Freeport jadikan ini alasan untuk ekspor raw material terus karena untung dari pada smelter tidak terlalu banyak," tuturnya.

Sementara itu, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menjelaskan, pihaknya masih mengajukan proposal relaksasi ekspor konsentrat tembaga.

"Smelternya terjadi kecelakaan, kebakaran, sehingga memang harus berhenti dulu dan kita harus perbaiki dulu itu sehingga memang diperlukan fleksibilitas untuk bisa ekspor di tahun 2025 sampai dengan smelter itu beroperasi kembali," ujar Tony yang dikutip Kamis, 5 Desember.

Tony bilang, untuk tambahan besaran kuota ekspornya pihaknya telah mengajukan kepada pemerintah dan tengah menunggu persetujuan.

Asal tahu saja, izin ekspor konsentrat tembaga PTFI berlaku hingga 31 Desember 2024.

Namun, dirinya tidak memberikan keterangan lanjutan terkait tambahan besaran kuota yang diajukan kepada pemerintah.

"Lagi kita diskusikan dengan pemerintah tambahan kuota bukan relaksasi, ini tambahan kuota ekspor untuk tahun ini, tahun 2024 yang tinggal sebulan lagi ini," ujarnya.

Tony menambahkan, Freeport masih menghitung estimasi waktu pemulihan smelter yang mengalami kebakaran pada Oktober silam.

Berdasarkan perkiraan awal, smelter dapat kembali beroperasi penuh dalam waktu sekitar enam bulan.

"Ini kita lagi menghitung, tapi mungkin diperkirakan mungkin sekitar enam bulan lah," pungkas Tony.