JAKARTA – Media bisnis dan finansial terkemuka dunia, Forbes, merilis deretan orang paling kaya di dunia. Dalam laporannya, terdapat sejumlah nama pengusaha nasional yang menyesaki daftar tersebut.
Nama-nama ‘tradisional’ macam Hartono bersaudara, Prajogo Pangestu, hingga Chairul Tanjung masih tercatat sebagai orang dengan harta terbanyak di republik ini.
Berikut VOI rangkumkan urutan 10 besar orang terkaya di Indonesia versi Forbes bertajuk Forbes World's Billionaires List The Richest in 2021, dan dirupiahkan dengan kurs Rp14.000 per dolar AS.
10. Mochtar Riady (1,7 miliar dolar AS/ Rp23,8 triliun)
Kiprah pengusaha senior ini dalam kancah perekonomian nasional sudah tidak diragukan lagi. Melalui Lippo Group, Mochtar Riady mengembangkan gurita bisnisnya ke berbagai bidang yang berbeda.
Pria yang lahir pada 12 Mei 1929 itu merupakan pemilik dari First Media, Berita Satu, Matahari Departement Store, Hypermart, Foodmart, hingga ratusan mal di seluruh Indonesia dengan nama awalan atau akhiran Lippo Mall.
Tidak hanya itu, beberapa tahun lalu publik Tanah Air sempat geger lantaran keluarga Riady, melalui sang anak James Riady, mengumumkan megaproyek senilai Rp 278 triliun di lahan 500 ha yang disebut Kota Baru Meikarta.
9. Theodore Permadi Rachmat (1,7 miliar dolar AS/ Rp23,8 triliun)
Pendiri Triputra Group ini memiliki bisnis kuat dalam bidang agribisnis, manufaktur, pertambangan, distribusi otomotif, hingga logistik
Dia juga merupakan salah satu pendiri grup usaha Astra kini menjadi salah satu perusahaan paling berharga di Indonesia. Theodore Permadi Rachmat atau TP Rachmat merupakan tokoh kunci dibalik kesuksesan PT United Tractors Tbk. yang kini menjadi perusahaan alat berat terbesar nasional dengan aset lebih dari Rp 120 triliun.
Selain itu bersama Edwin Soeryadjaya, saudara sepupunya, dia turut terlibat membesarkan perusahaan tambang batu bara di Kalimantan, PT Adaro Energy.
8. Jerry Ng (2,5 miliar dolar AS/ Rp35 triliun)
Jerry Ng merupakan bankir inovator sejati berkat berbagai terobosan dan inovasi yang dia lakukan baikselama dia memimpin PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (Bank BTPN), hingga menjadi pemilik PT Bank Artos Indonesia Tbk.
Sebagai informasi, berselang 8 bulan setelah mengundurkan diri dari posisinya sebagai Direktur Utama Bank BTPN, Jerry Ng memutuskan untuk mengakuisisi 51 persen saham Bank Artos bersama Wealth Track Technology Limited. Kini Bank Artos berubah nama menjadi Bank Jago sekaligus transformasi bisnis menjadi bank digital.
7. Eddy Kusnadi Sariaatmadja (3 miliar dolar AS/ Rp42 triliun)
Sebagai pengusaha sukses dan terkenal, Eddy Kusnadi Sariaatmadja mempunyai latar belakang pendidikan yang mumpuni. Dia menyelesaikan pendidikan dengan gelar sarjana di jurusan Civil Engineering, University of New South Wales, Australia pada tahun 1978. Lalu, berhasil menyabet meraih gelar Master di bidang Engineering Science dua tahun kemudian.
Kiprah bisnisnya dimulai ketika merintis Emtek Group. Emtek Group adalah pemilik saham yang besar dari stasiun televisi SCTV. Perusahaannya juga kemudian mencaplok korporasi swasta lain yakni Indosiar.
6. Keluarga Tahir (3,3 miliar dolar AS/ Rp46,2 triliun)
Dato Sri Tahir merupakan pemilik kelompok usaha Mayapada Group. Dia membangun kerajaan bisnisnya melalui beberapa sektor, seperti perbankan, media cetak dan TV berbayar, properti, rumah sakit dan rantai toko bebas pajak/duty free shopping (DFS).
5. Chairul Tanjung (4,8 miliar dolar AS/ Rp67,2 triliun)
Konglomerat satu ini pernah mencicipi kursi birokrat sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi (Menko Perekonomian). Jabatan itu dia emban menggantikan Hatta Rajasa sejak 19 Mei 2014 hingga 20 Oktober 2014.
Meski demikian, pengusaha senior itu merupakan seorang entrepreneur sejati. Usaha pertama yang dia kembangkan secara profesional berada di bawah naungan Para Group.
Perusahaan konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahi beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi), dan Para Inti Propertindo (properti).
Pada 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Group menjadi CT Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding, yakni Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam.
BACA JUGA:
4. Sri Prakash Lohia (6,5 miliar dolar AS/ Rp9,4 triliun)
Sri Pakash Lohia merupakan seorang perantau asal India yang bertekad mengubah nasib. Dia juga merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas berdirinya Indorama Corporation, sebuah perusahaan petrokimia dan tekstil terkemuka.
Tak butuh waktu lama, perusahaan Indorama yang didirikannya kemudian berkembang pesat menjadi perusahaan pemasok polyethylene terephthalate (PET) resin terbesar di dunia.
3. Prajogo Pangestu (6,5 miliar dolar AS/ Rp91 triliun)
Prajogo Pangestu adalah pendiri PT Barito Pacific Tbk, sebuah perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia. Korporasi ini yang berbasis di Jakarta dan memiliki pembangkit listrik dan aset penghasil plastik
Pada 2019, grup usaha Barito melaporkan pendapatan mereka menyentuh angka 2,4 miliar dolar AS. Adapun, divisi usaha Barito terdiri beberapa sub unit dengan anak usaha utama yakni Chandra Asri Petrochemical.
2. Michael Bambang Hartono (19,7 miliar dolar AS/ Rp275,8 triliun)
Jika pembaca mengikuti perhelatan Asian Games 2018 lalu, nama Michael Bambang Hartono sempat viral lantaran menjadi salah satu kontingen Indonesia pada cabang olahraga bridge.
Bisnis utama yang dia bangun adalah usaha pengolahan tembakau di bawah naungan Djarum Group. Bersama sang adik, Robert Budi Hartono dia kemudian mendirikan perusahaan lain, yakni PT Dwimuria Investama Andalan.
Entitas usaha itu yang kemudian dijadikan oleh duo Hartono untuk mencaplok 54,95 persen saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA) salah satu emiten paling kinclong di lantai bursa.
1. Robert Budi Hartono (20,5 miliar dolar AS/ Rp287 triliun)
Dia merupakan adik dari Michael Hartono dan mempunyai bisnis utama pabrik rokok Djarum Group. Orang paling tajir di Indonesia ini juga menjadi pengendali BCA sebagai pemegang saham terbanyak.
Selain itu, Klan Hartono memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 65.000 hektar di Kalimantan Barat sejak 2008, serta sejumlah properti di antaranya pemilik Grand Indonesia dan perusahaan elektronik.
Salah satu bisnis Group Djarum di sektor ini bergerak di bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun.
Perusahaan Polytron ini kini juga memproduksi ponsel yang sebelumnya hanya memproduksi AC, kulkas, produk video dan audio, dan dispenser.
Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Ventures Global Digital Prima, Global Digital Niaga (Blibli.com), mereka juga membeli Kaskus, situs Indonesia yang paling populer.
Robert sangat menyukai olahraga bulu tangkis. Bermula dari sekadar hobi, ia kemudian mendirikan PB Djarum pada tahun 1969. Salah satu pemain bulu tangkis yang berasal dari PB Djarum adalah Liem Swie King, yang terkenal dengan julukan King Smash.