Bagikan:

JAKARTA – Ada cerita spesial pada perhelatan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang beberapa tahun silam. Bukan soal kesuksesan Indonesia dalam menggelar pesta olahraga paling akbar di Benua Kuning itu. Tapi tentang keterlibatan salah satu atlet dalam negeri yang berpredikat sebagai orang paling kaya di negeri ini.

Nama tersebut adalah Michael Bambang Hartono, 81 tahun, atlet bridge nasional yang sukses menggondol medali perunggu di Asian Games 2018. Pria ramah yang selalu melempar senyum itu merasa terpanggil untuk bisa berpartisipasi dan berkontribusi bagi Tanah Air lewat olahraga bridge yang digelutinya.

Benar saja, kesungguhan Michael Hartono dalam bertanding membuahkan prestasi yang menambah pundi-pundi medali Indonesia di pagelaran tersebut. Sebagai bentuk apresiasi, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) kemudian mengganjar Bambang dengan bonus prestasi sebesar Rp150 juta.

Buat kebanyakan atlet, nilai tersebut cukup banyak untuk ukuran penghargaan individu. Namun, bagi Bambang angka ini mungkin hanya sekelumit dari nilai harta yang dimiliki. Mengapa demikian? Karena Bambang, bersama sang adik Robert Budi Hartono, ditaksir memiliki kekayaan sebesar 38,8 miliar dolar AS atau setara Rp548,2 triliun.

TIdak hanya itu, bank swasta terbesar di Tanah Air, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BCA), diketahui menjadi salah satu lini usaha yang digarap oleh keluarga Hartono dengan persentase kepemilikan saham sebesar 54,9 persen. Asal tahu saja, pada penghujung 2019 lalu Bambang sukses mengantongi keuntungan Rp7,51 triliun dari investasinya di BCA untuk satu tahun periode.

Belum lagi cuan yang dikeruk dari aktivitas perdagangan rokok dengan merek dagang Djarum Super yang merupakan bisnis utama klan Hartono saat ini. Jadi adalah hal yang bijaksana saat Bambang langsung menyumbangkan seluruh ‘upah’ prestasinya di Asian Games 2018 sebesar Rp150 juta untuk pembinaan olahraga bridge di Indonesia.

BRI-BCA

Pemerintah menunjuk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebagai lembaga jasa keuangan penyalur bonus prestasi bagi atlet Asian Games 2018. Bambang sebagai pemegang saham pengendali BCA, terlihat canggung saat diminta memperlihatkan buku rekening berlogo BRI sebagai simbol telah menerima bonus atlet.

Bagaimana tidak, BRI dan BCA sebenarnya ‘bertarung’ di kelas selevel karena sama-sama berkategori bank umum kategori (BUKU) IV dengan modal inti di atas Rp30 triliun. Di Indonesia, cuma ada enam bank masuk dalam strata BUKU IV yakni, BRI, Bank Mandiri, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, dan Bank Danamon.

Dari sisi head-to-head, BRI dan BCA sama-sama sukses membukukan torehan moncer dari sisi kinerja. Berdasarkan laporan tahunan periode 2019, BRI berhasil laba bersih sebesar Rp34,41 triliun, dengan aset Rp1.418 triliun. Sementara BCA tercatat menghimpun laba Rp28,6 triliun dan aset Rp918 triliun.

Seperti diberitakan sebelumnya, bank milik Michael dan sang adik, Budi Hartono, BCA, tengah ramai dibicarakan publik. Hal itu usai BCA diketahui menjadi lembaga jasa keuangan tempat Front Pembela Islam (FPI) mengendapkan dananya.

Dalam keterangan resminya, bank dengan ticker emiten BBCA tersebut menyebut bahwa aktivitas keuangan FPI di perseroan telah dibekukan.