Bagikan:

JAKARTA - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) mengungkap kajian terkait dengan tingkat inflasi yang terjadi pada sepanjang periode Maret 2021.

Dalam penjelasannya, lembaga think tank tersebut menjelaskan jika melambatnya laju inflasi disebabkan permintaan yang belum pulih di tengah pandemi COVID-19.

Selain itu, perkembangan jumlah vaksinasi, yang kini mencapai 10 juta vaksinasi, merupakan sinyal yang baik bagi pemulihan ekonomi.

Namun jumlah ini masih jauh dari threshold herd immunity, dengan syarat 181 juta orang atau 360 juta vaksinasi (dua dosis).

"Inilah yang membuat masyarakat terus menahan konsumsinya dan memilih untuk menabung,” tulis laporan LPEM UI seperti yang dikutip VOI, Selasa, 6 April.

Lebih lanjut, upaya mempercepat vaksinasi untuk mencapai kondisi herd immunity menjadi kunci penting untuk pemulihan ekonomi karena  pelemahan inflasi  pada  periode ini disebabkan lemahnya permintaan.

“Kami memprediksi inflasi berkisar antara 1,3 –1,5 persen secara year-on-year (y-o-y).  Sedangkan inflasi moderat (month-to-month/m-o-m) akan  terjadi  di periode April 2020 dengan meningkatnya konsumsi masyarakat dengan masuknya periode Ramadan,” sebutnya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi inflasi 0,08 persen secara bulanan atau m-o-m pada Maret 2021.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan inflasi ini lebih rendah dari inflasi pada bulan Februari 2021 yang sebesar 0,10 persen m-o-m.

Berdasarkan data, inflasi secara tahun kalender atau year-to-date (y-t-d) sampai Maret kemarin adalah 0,44 persen. Sementara inflasi secara tahunan atau y-o-y sebesar 1,37 persen.

"Kalau secara month to month memang terpantau terjadi penurunan inflasi dari awal tahun hingga bulan Maret 2021. Inflasi Januari 2021 sebesar 0,26 persen m-o-m, turun pada Februari 2021, dan kembali turun pada Maret 2021," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis, 1 April.

Dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) yang disurvei oleh BPS, sebanyak 58 kota mengalami inflasi sedangkan 32 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura 1,07 persen, sementara inflasi terendah ada di Tangerang dan Banjarmasin masing-masing 0,01 persen.

"Dari 32 kota deflasi, yang tertinggi terjadi di Baubau yaitu minus 0,99 persen, sementara deflasi terendah ada di Palopo yang minus 0,01 persen," tuturnya.