Bagikan:

JAKARTA - Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menyebutkan pemberdayaan perempuan kunci bijak finansial di rumah tangga yang berpenghasilan rendah untuk menjadi lebih baik.

"Salah satu manfaat pemberdayaan perempuan yang telah didukung oleh beberapa studi, menyatakan bahwa perempuan yang lebih berdaya dalam masyarakat akan menghasilkan keputusan keuangan rumah tangga yang lebih baik," kata Peneliti LPEM FEB UI Sulistiadi Dono Iskandar dalam keterangannya, dikutip dari Antara, Jumat 28 Mei.

Ini menjadi penting, terutama di masa pandemi COVID-19, ketika orang dengan mudah mengalami kehilangan sumber pendapatan akibat pembatasan kegiatan. Perilaku menabung masyarakat menjadi sangat penting demi menghindari disrupsi keuangan yang mengubah hidup rumah tangga.

Hal tersebut sesuai dengan kajian yang dilakukan oleh LPEM FEB UI, pada sesi kedua Public Webinar Forum Kajian Pembangunan (FKP) bersama Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) bertajuk "Household Saving and Banking Behaviour Indonesia".

Kemudian, Sulistiadi Dono Iskandar (LPEM FEB UI) dan Faradina Alifia Maizar (LPEM FEB UI) memaparkan hasil studinya yang berjudul "Dengarkan Istrimu Ketika Melakukan Keputusan terkait Menabung: Daya Negosiasi Perempuan dan Keluaran Tabungan Rumah Tangga di Indonesia".

Hasil studi menunjukkan bahwa tabungan rumah tangga secara keseluruhan akan meningkat sebesar 24 persen jika istri terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Berdasarkan tingkat pendapatan, pengaruh keterlibatan istri dalam keputusan menabung cenderung lebih tinggi untuk rumah tangga berpenghasilan lebih rendah dan semakin berkurang untuk rumah tangga berpenghasilan lebih tinggi.

"Perilaku menabung pada perempuan cenderung memudar ketika mereka menjadi lebih sejahtera," ujar Sulistiadi.

Sulistiadi menambahkan bahwa hasil ini dapat menjadi dasar bagi Pemerintah Indonesia untuk mempromosikan lebih banyak program yang dapat meningkatkan bargaining power perempuan, seperti program yang memungkinkan perempuan memiliki akses ke pasar tenaga kerja atau mengenyam pendidikan tinggi.

Sulistiadi lebih lanjut menjelaskan berdasarkan literatur, rumah tangga berpenghasilan menengah ke bawah memang cenderung lebih bijak finansial.

Hal ini secara khusus terlihat dari literatur microfinance, di mana berbagai model microfinance saat ini menyasar perempuan menengah ke bawah karena mereka lebih menghindari risiko sehingga lebih bertanggung jawab dari sisi finansial.

"Yang menarik adalah mengapa hal tersebut tidak terjadi untuk rumah tangga berpenghasilan tinggi, mengapa perilaku prudensi istri menghilang ketika penghasilan rumah tangga tinggi. Untuk itu, dibutuhkan studi lebih lanjut," katanya.