JAKARTA - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mengharapkan herd immunity atau kekebalan kelompok masyarakat Indonesia terbentuk karena program vaksinasi.
"Jadi memang ada kemungkinan terbentuknya herd immunity, baik melalui vaksinasi maupun yang terbentuk secara alamiah akibat terinfeksi virus. Tentunya kita berharap herd immunity kita terbentuk karena program vaksinasi dan bukan akibat infeksi," ujar Spesialis Mikrobiologi Klinis sekaligus Anggota Bidang Penanganan Kesehatan dan Panel Ahli Satgas Penanganan COVID-19, Budiman Bela dalam bincang-bincang bertema " Ada Apa COVID-19 di Eropa?" dikutip Antara, Kamis, 2 Desember.
Dia mengemukakan, jika herd immunity terbentuk akibat infeksi, tentu salah satu risikonya adalah sakit berat atau kematian.
"Itu akan sangat merugikan masyarakat, merugikan keluarga dan seterusnya," ujarnya.
Karena itu, Satgas berharap, masyarakat berpartisipasi pada program vaksinasi, dan tidak pilih-pilih jenis vaksin.
"Mereka yang belum divaksin mungkin karena satu dan lain hal, baik karena ragu-ragu atau karena punya komorbid atau dokter merekomendasikan jangan divaksin dulu," kata Budiman Bela.
Dia mengemukakan, vaksin berbasis Messenger RNA (mRNA) dan protein sudah mulai direkomendasikan oleh beberapa negara karena dinilai dapat memberikan proteksi parsial lewat pembentukan respon sel spesifik sehingga memicu pembentukan antibodi.
Namun, lanjut dia, tidak tertutup kemungkinan bahwa mereka yang telah mendapatkan vaksin berbasis virus nonaktif juga memberikan proteksi.
"Saya imbau masyarakat untuk tidak memilih-milih vaksinasi," ucapnya.
BACA JUGA:
Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19, sebanyak 97.318.649 warga Indonesia telah menerima dua dosis vaksin COVID-19 hingga Kamis (2/22/2022) pukul 12.00 WIB.
Sementara itu, sebanyak 140.885.229 orang telah mendapatkan satu dosis vaksin COVID-19.
Pemerintah menargetkan 208.265.720 warga Indonesia menerima dua dosis penyuntikan vaksin COVID-19 agar kekebalan kelompok dapat terbentuk.