JAKARTA - PT Bank KEB Hana Indonesia (Bank Hana) mengucurkan bantuan permodalan sebesar Rp100 miliar kepada PT Kredit Pintar Indonesia guna mendukung aktivitas bisnis perusahaan financial technology (fintech) tersebut dalam memperluas akses layanan keuangan bagi masyarakat.
Chief Consumer Banking Officer Bank Hana Anton Hermawan mengungkapkan kolaborasi yang dibangun menjadi momentum baik bagi perseroan untuk menjawab tantangan perbankan konvensional.
Menurutnya, lembaga perbankan memiliki beberapa tantangan tertentu dalam menjangkau kelompok underbanked dan underserved, yaitu mereka yang memiliki keterbatasan akses, serta belum terjangkau oleh layanan keuangan konvensional.
“Melalui kolaborasi dengan Kredit Pintar, kami optimistis penyaluran dana dapat dimanfaatkan oleh pengguna yang benar-benar membutuhkannya,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa, 6 April.
Anton menambahkan, kemitraan dengan fintech peer-to-peer lending merupakan bisnis model baru bagi perseroan. Oleh karena itu, prinsip kehati-hatian dalam pemberian pinjaman perlu diterapkan dengan lebih ketat.
“Rekam jejak yang baik serta integritas yang tinggi dari Kredit Pintar dalam pemrosesan pinjaman, mulai dari pengajuan hingga persetujuan, menjadi salah satu alasan kami menyambut baik dan mendukung kerjasama ini,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Kredit Pintar Wisely Wijaya menyatakan bahwa sinergi dengan Bank Hana merupakan perwujudan kepercayaan atas kinerja perusahaan dalam menyediakan akses permodalan jangka pendek kepada masyarakat.
“Kami yakin bahwa pinjaman sebesar Rp100 miliar ini akan mampu menjangkau masyarakat yang sungguh-sungguh membutuhkannya,” katanya.
BACA JUGA:
Wisely menjabarkan bahwa sejak berdiri pada 2018 hingga Maret 2021, perusahaannya telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp14 triliun kepada 2 juta debitur.
“Kredit Pintar memiliki lebih atau kurang dari 650.000 peminjam aktif, dengan kisaran total pinjaman tahun ini dari Rp648 miliar dan total pinjaman yang belum dibayar Rp996 miliar,” sebutnya.
Untuk diketahui, sejak awal kemunculan fintech pada 2016 industri ini telah tumbuh pesat dalam mendorong inklusi keuangan di Indonesia.
Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan OJK pada 2019, tingkat inklusi keuangan Indonesia pada 2019 mencapai 76,19 persen. Angka tersebut melesat dari periode 2017 yang sebesar 50 persen.