Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong pengembangan komoditas hortikultura berorientasi ekspor yang dilakukan melalui kerja sama kemitraan dengan beberapa pemerintah daerah.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyatakan kerja sama ini dilakukan sebagai langkah untuk meningkatkan pemerataan ekonomi di daerah dan ketersediaan sumber pangan yang berkualitas.

“Terdapat lima negara tujuan utama ekspor utama produk buah-buahan Indonesia, yaitu China, Hong Kong, Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Pakistan,” katanya di Jakarta, dilansir Antara, Selasa, 6 April.

Pemerintah daerah yang bekerja sama dengan Kemenko Perekonomian dalam hal ini antara lain Kabupaten Tanggamus, Lampung; Kabupaten Jembrana, Bali; Kabupaten Bener Meriah, Aceh; serta Blitar, Bondowoso, dan Ponorogo di Jawa Timur.

Susiwijono mengatakan penanaman perdana pengembangan komoditas hortikultura yang dilakukan di Kabupaten Ponorogo akan menjadi role model manajemen agribisnis melalui kemitraan dengan pelaku usaha yang memiliki kompetensi untuk ekspor.

BPS mencatat sektor pertanian memiliki kontribusi sebesar 13,70 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional atau terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan atau 19,88 persen.

Pada periode Januari-Februari 2021, ekspor sektor pertanian adalah sebesar 0,65 miliar dolar AS atau naik 10,17 persen dari periode Januari-Februari 2020 yang sebesar 0,59 miliar dolar AS.

“Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia serta terbukti tangguh dan resilien di masa pandemi COVID-19,” ujarnya.

Sementara, selama masa pandemi 2020, terdapat 389,9 juta dolar AS nilai realisasi ekspor buah-buahan segar dan olahan dengan 96,3 juta dolar AS di antaranya adalah ekspor buah-buahan segar yang meningkat 30,31 persen dibanding 2019.

Ekspor produk olahan nanas memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 70,30 persen dari total ekspor olahan pada 2020, sedangkan ekspor pisang memberikan kontribusi sebesar enam persen terhadap total ekspor buah-buahan segar.

Menurutnya, kondisi itu menunjukkan produk buah-buahan Indonesia diminati oleh pasar global sehingga perlu dikembangkan untuk meningkatkan daya saing produk serta meningkatkan kontribusi ekspor buah-buahan terhadap devisa negara.

Di sisi lain, Susiwijono menuturkan dalam pengembangan hortikultura di Indonesia masih terdapat masalah dan tantangan seperti lemahnya sumber daya manusia (SDM) dan kelembagaan petani.

Kemudian juga terbatasnya modal, kurangnya pendampingan dan inovasi teknologi, serta rendahnya daya saing dan kurangnya akses pasar.

Oleh sebab itu, ia menekankan kerja sama kemitraan dengan petani perlu didorong agar mereka dapat terbantu dalam merancang pola produksi sampai pemasaran sehingga petani menjadi mandiri dan tangguh.

Ia memastikan pihaknya akan mengoordinasikan integrasi penyediaan lahan perhutanan sosial, peningkatan produksi, mutu dan daya saing produk, dan peningkatan akses pembiayaan petani melalui KUR.

Selain itu juga melalui peningkatan akses pasar melalui e-commerce, dukungan logistik, pembangunan sarana prasarana/infrastruktur transportasi, serta dukungan kebijakan tarif dan perdagangan internasional.

Ia menyebutkan model kemitraan dengan PT Great Giant Pinneapple (GGP) merupakan salah satu contoh terobosan strategi untuk membangkitkan animo petani pisang untuk terjun ke dalam agribisnis berorientasi ekspor.

Namun demikian, pola kemitraan ditekankan pada pendekatan creating shared value (CSV) yaitu keterpaduan peran dari semua pihak yang terlibat untuk memberikan nilai tambah.