Moeldoko Tak <i>Suwon</i> Jokowi Hingga Istri jadi Ketum Demokrat: Jangan Bawa-bawa Presiden!
Moeldoko (Foto: Tangkap layar Instagram moeldoko @dr_moeldoko)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat KLB Sibolangit, Sumatera Utara (Sumut) Moeldoko menyebut tidak ingin melibatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) atas keputusannya terjun langsung ke arena politik praktis.

Menurut dia, langkah strategis ini merupakan murni pertimbangan pribadi dan bukan merupakan inisiasi dari pihak lain.

“Terhadap persoalan yang saya yakini benar dan itu atas otoritas pribadi yang saya miliki, maka saya tidak mau membebani Presiden,” ujarnya melalui laman resmi Instagram @dr_moeldoko pada Minggu, 28 Maret.

Bahkan, langkah politik tersebut juga diambilnya tanpa mengkomunikasikan terlebih dahulu dengan orang-orang terdekat di lingkaran keluarga.

“Saya juga khilaf sebagai manusia biasa tidak memberi tahu kepada istri dan keluarga saya, atas keputusan yang saya ambil,” tuturnya.

Meski demikian, mantan Panglima TNI itu berkeyakinan jika keputusan penting harus segera diambil, terlebih menyangkut hal strategis  dan memiliki dampak besar.

“Tetapi,  saya juga terbiasa mengambil risiko sendiri, apalagi demi kepentingan bangsa dan negara,” katanya.

Untuk itu, dia berharap publik di Tanah Air dapat memandang bahwa keinginan berkontribusi secara lebih besar kepada Ibu Pertiwi melalui partai politik adalah murni inisiasi pribadi tanpa membawa-bawa pihak lain, utamanya Presiden.

“Untuk itu, jangan bawa-bawa presiden dalam persoalan ini,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Moeldoko juga memberikan keterangan terkait dengan alasan dirinya menerima pinangan Partai Demokrat sebagai Ketua Umum.

Dia menilai, partai politik berlogo Mercy itu tengah dirundung kisruh internal yang berpotensi menimbulkan ekses tersendiri pada iklim demokrasi di Indonesia.

“Kekisruhan sudah terjadi, demokrasi sudah bergeser di dalam tubuh Demokrat. Ada sebuah situasi khusus dalam perpolitikan nasional, yaitu telah terjadi pertarungan ideologis yang kuat menjelang 2024,” jelasnya.

“Jadi ini bukan sekedar menyelamatkan Demokrat, tapi juga menyelamatkan bangsa dan negara. Untuk itu semua berujung pada keputusan saya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat,” sambung dia.

Moeldoko secara terang-terangan mengamini permintaan peserta Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat yang diselenggarakan di Sumut beberapa waktu lalu untuk menjadi Ketua Umum berdasarkan tiga hal penting.

Pertama, adalah soal kesesuaian AD/ART (Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga) partai. Kedua, keseriusan kader yang memintanya memimpin partai. Serta yang ketiga adalah terkait ajakan kepada kader Demokrat untuk bekerja keras bagi bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Merasa mendapat jawaban yang memuaskan, Moeldoko akhirnya menerima mandat KLB yang menginginkan dirinya menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.

“Dan semua pertanyaan itu dijawab oleh peserta KLB dengan gemuruh. Maka, baru saya membuat keputusan (untuk menerima pinangan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat),” ungkap dia.