Bagikan:

JAKARTA - Suasana santai diperlihatkan Menteri Keuangan Sri Mulyani tatkala mengakhiri kunjungan kerjanya ke Semarang pada Kamis, 25 Maret.

Usai menghadiri acara Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional yang diinisiasi oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Sri Mulyani menyempatkan untuk ‘berwisata’ kuliner di salah satu kedai soto favoritnya.

“Sore hari sebelum kembali ke Jakarta saya menyempatkan diri menikmati soto khas Semarang di salah satu tempat kuliner,” ujar Sri Mulyani seperti yang dia bagikan pada akun resmi Instagram-nya @smindrawati, Jumat, 26 Maret.

Menteri Keuangan terbaik se-Asia Pasifik periode 2020 versi Global Markets itu menjelaskan bahwa setiap daerah punya kuliner khas dan menjadi daya tarik tersendiri, baik dari cita rasa maupun kenangan khusus yang tersirat di dalamnya.

“Tak jarang kuliner bahkan menjadi branding yang mengangkat nama sebuah wilayah,” tutur Sri Mulyani.

Pada momen tersebut dia terlihat tidak canggung untuk berbagi informasi mengenai beberapa kudapan tradisional yang jelas menggugah selera.

“Soto ini khas sekali karena pernak-perniknya yang banyak dan enak, seperti perkedel, tempe, dan sate kerang,” katanya.

Dia mengakui, soto yang dinikmati tersebut seolah menghadirkan pengalaman masa lalu yang kini hadir dalam suasana berbeda.

“Soto Semarang merupakan salah satu menu kuliner yang saya gemari sejak kecil. Tapi, menikmatinya kini bersama tim sambil ngobrol santai dalam mengakhiri kunjungan terasa menyenangkan,” imbuhnya.

Namun, bukan Sri Mulyani namanya bila tidak mengkaji sesuatu hal tanpa ‘nyerempet-nyerempet’ perspektif ekonomi. Dalam pemaparannya, kekayaan ragam kuliner di Tanah Air patut dibanggakan dan bisa dijadikan modal kuat untuk pengembangan potensi.

“Kuliner tercatat sebagai subsektor penyumbang GDP (gross domestic product) terbesar dari ekonomi kreatif, yaitu rata-rata tiap tahun berkontribusi 42 persen,” tegasnya mengutip data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Dengan adanya pandemi COVID-19, sambung dia, tentu industri kuliner terkena dampak, khususnya yang berlokasi di daerah wisata. Hal tersebut terjadi akibat dari penurunan jumlah pelancong yang datang ke tempat itu.

Meski demikian, Sri Mulyani berkeyakinan bahwa di setiap tantangan selalu ada peluang yang bisa dimanfaatkan.

“Perkembangan platform aplikasi berbasis transportasi, media sosial, dan market place merupakan peluang bagi pelaku usaha. Saya berharap, produk kuliner yang berkualitas dan disukai masyarakat tidak hanya memenuhi cita rasa serta selera, tetapi juga memenuhi gaya hidup masyarakat kini,” sebutnya.

Pada akhir unggahan tersebut, Menkeu melontarkan pertanyaan terkait kuliner favorit apa yang disukai oleh para followers-nya.

Alih-alih menginformasikan kudapan yang menjadi kegemaran, salah satu netizen dengan akun @therealapri malah menanyakan kebijakan pemerintah yang baru saja memutuskan pelarangan aktivitas mudik pada momentum Ramadhan tahun ini.

Tolong sampaikan ke Pak Jokowi, kenapa mudik dilarang mudik? Tahun lalu saya sudah tidak mudik karena mengikuti saran pemerintah,” sebutnya.

Kalau mau melarang jangan sudah dekat-dekat lebaran, memang pemerintah tidak tahu perencanaan jangka panjang,” sambung @therealapri.

Pertanyaan tersebut seolah mewakili unek-unek sejumlah besar rakyat Indonesia yang telah terbiasa melakukan aktivitas kembali ke udik selama puluhan tahun. Haduh, mohon maaf ya bu namanya juga netizen +62 memang suka kritis.