JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Maritim periode 2015-2016 Rizal Ramli menyambut baik sinyal regenerasi di pucuk pimpinan Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP).
Menurut dia, demokrasi yang sesungguhnya adalah soal kesempatan serta pembagian kekuasaan sehingga prinsip-prinsip demokrasi itu sendiri bisa berjalan.
“Salut! Mba Mega legowo untuk tidak lagi menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan,” ujar dia melalui akun Twitter pribadinya @RizalRamli, Minggu, 28 Maret.
Salut ππ Mbak Mega legowo untuk tidak lagi menjadi Ketua Umum β¦@PDI_Perjuanganβ© π Jangan jadi partai keluarga, sehingga cita2 besar Bung Karno utk Indonesia terwujud. Mbak Mega berhasil membuat PDIP partai terbesar, tapi cita2 BK makin jauh karena Trisakti hanya sloganπ pic.twitter.com/ZFs1C6uLG7
— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) March 28, 2021
Pria yang juga tercatat sebagai akademisi itu lantas mengungkit perjalanan politik Megawati dengan sang ayah, Soekarno yang juga merupakan pendiri PDIP. Menurut dia, peluang kaderisasi pimpinan partai cukup strategis guna merealisasikan hasrat besar sebuah institusi politik.
“Jangan jadi partai keluarga, sehingga cita-cita besar Bung Karno untuk Indonesia bisa terwujud,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Rizal menyampaikan apresiasi bernada satir kepada Megawati yang dinilainya berandil sangat besar dalam membawa partai ke jajaran level tertinggi sehingga bisa menguasai pemerintahaan saat ini.
“Mbak Mega berhasil membuat PDIP sebagai partai terbesar, tapi cita-cita Bung Karno makin jauh karena Trisakti hanya slogan,” katanya.
Terpisah, pengamat politik Hendri Satrio menjelaskan terdapat dua cara umum dari proses kaderisasi sebuah partai politik.
Pertama, dengan skema regenerasi dalam tubuh internal partai dengan memunculkan kader-kader baru yang mempunyai kemampuan politik mumpuni.
BACA JUGA:
Kedua adalah deinstitusional, yang berarti membentuk institusi baru yang berbeda dengan institusi lamanya tetapi ideologi sama. Misalnya, Partai Golkar yang melahirkan Hanura dan NasDem.
"Itu kan sama tuh ideologi nya karena ada perbedaan maka dia buat partai baru bukan buat KLB baru," ujarnya dalam diskusi daring, Sabtu, 27 Maret.
Selama ini, kata dia, parpol yang tidak terlalu banyak gesekan adalah PDIP, Gerindra dan PKS. Sehingga proses pengkaderannya tidak sampai pada perdebatan.
Terkhusus PDIP, Hendri menyebut secara fakta partai ini terbagi dua yakni trah Soekarno dan non Soekarno.
"PDIP nantinya yang ganti Bu Mega itu kan ada dua trahnya. Soekarno dan non Soekarno. Muncul nama Jokowi atau nama BG. Itu menarik jika PDIP menempatkan trah non Soekarno sebagai penerusnya," jelasnya.