BNI Bagi Dividen Rp820 Miliar ke Pemegang Saham, Negara Dapat Jatah Rp492 Miliar
Aktivitas layanan keuangan BNI. (Foto: Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA - Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan PT Bank Negara Indonsia Tbk (BNI) yang digelar hari ini, Senin, 29 Maret memutuskan untuk membagikan dividen tunai senilai Rp820 miliar kepada pemegang saham.

Angka tersebut merupakan 25 persen dari total laba bersih yang dibukukan perseroan pada 2020 yang sebesar Rp3,28 triliun.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar melalui siaran virtual mengatakan porsi dividen payout ratio tahun ini sama dengan persentase pada tahun sebelumnya. Adapun, 75 persen dari sisa raihan laba dialokasikan bagi penguatan struktur permodalan perusahaan.

“Periode 2020 merupakan periode yang penuh tantangan. Meski demikian BNI tetap bisa menunjukan kinerja positif,” ujarnya.

Royke menambahkan, untuk tahun buku 2021 pihaknya akan berfokus pada rencana ekspansi kredit guna mengoptimalkan fungsi intermediasi. Strategi ini sekaligus sejalan dengan arahan pemerintah guna mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional.

“Kami menargetkan kredit bisa tumbuh hingga 7 persen untuk tahun ini,” tuturnya.

Untuk diketahui, BNI merupakan salah satu entitas usaha yang dikendalikan oleh pemerintah dengan porsi kepemilikan mencapai 60 persen.

Hal tersebut berarti bank dengan kode saham BBNI ini mesti melakukan setor tunai kepada negara sebesar Rp492 miliar dari keseluruhan dividen yang disebar pada periode kali ini.

Sementara sisanya sebesar 40 persen atau sekitar Rp327 miliar, akan diberikan kepada pemegang saham publik sesuai dengan jumlah kepemilikan masing-masing.

Meski secara dividen payout ratio tidak berubah, yakni 25 persen, namun nilai dividen yang kali ini diberikan perseroan kepada shareholders amblas dibandingkan dengan tahun buku 2019.

Tercatat, dividen yang berhasil disetorkan lembaga jasa keuangan tersebut pada periode sebelumnya mencapai Rp3,8 triliun.

Tingginya angka cuan yang dinikmati oleh para investor berbanding lurus dengan perolehan laba bersih perseroan pada periode yang sama dengan nilai sebesar 15,3 triliun.

Faktor pandemi disinyalir menjadi penyebab anjloknya kinerja keuangan BNI pada sepanjang 2020. Terlebih, bank kategori BUKU IV ini mengambil market utama sektor pembiayaan (kredit) korporasi.

“Kami akan terus memaksimalkan potensi yang ada, baik lewat anak usaha, maupun kegiatan bisnis di luar negeri,” tutup Royke.