Bom di Makassar, Bagaimana Pengaruhnya pada Target Investasi Rp. 900 Triliun dari Jokowi
Ilustrasi. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Peristiwa bom bunuh diri terjadi selepas kegiatan Misa Minggu Palma di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Akibat kejadian ini dua orang yang diduga pelaku meninggal dunia dan hingga sampai Minggu, 28 Maret, sore, sebanyak 20 orang mengalami luka-luka.

Kejadian teror bom di Makassar ini dikhawatirkan berpengaruh terhadap iklim investasi di Tanah Air. Lalu, seberapa besar pengaruhnya terhadap target investasi Jokowi di tahun ini?

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance alias Indef, Tauhid Ahmad mengatakan, tidak dapat dipungkiri bahwa peristiwa bom bunuh diri di Makassar ini, akan berpengaruh kepada kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut.

"Pasti ada pengaruhnya tapi sedikit. Saya kira sifatnya shock. Orang akan melihat apakah di daerah Sulsel ini masih aman atau tidak (untuk menanamkan modal). Bisa juga kalau shock ini tidak lama," tuturnya saat dihubungi VOI, Senin, 29 Maret.

Berkaca pada pengalaman yang lalu, Tauhid mengatakan jika target terorisme adalah di regional pengaruhnya relatif kecil terhadap investasi yang masuk. Tauhid mengatakan, pengaruh di tingkat nasional juga ada, namun relatif kecil.

"Pengaruh di tingkat nasional saya kira ada tapi kecil sekali. Karena sebenarnya kita sudah relatif aman tidak ada terorisme dalam beberapa tahun terakhir. Ternyata sekarang ada kejadian, artinya bahwa masih ada potensi bahaya," jelasnya.

Namun, kata Tauhid, kondisinya akan berbeda jika target yang disasar oleh jaringan terorisme adalah kota-kota besar yang menjadi tujuan investasi.

"Untuk rating investasi kan dilakukan di dua kota besar pertama di Jakarta (Ibu Kota) dan Surabaya. Persepsi itu yang dilakukan survei pengusaha di dua kota itu. Kalau dua kota ini yang terjadi, mohon maaf akan mengubah persepsinya lebih besar," tuturnya.

Sekadar informasi, pascakejadian bom bunuh diri di Makassar, kepolisian mengamankan empat orang jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Namun, kata Tauhid, ini pun tidak akan berpengaruh besar terhadap kepercayaan investor di tingkat nasional.

"Kalau di regional yang tidak menjadi sasaran survei investasi dan sebagainya ya masih relatif kecil (pengaruhnya terhadap kepercayaan investor)," katanya.

Menurut Tauhid, kejadian bom bunuh diri di Makassar dan tertangkapnya jaringan terorisme di NTB tidak begitu berpengaruh besar bagi target investasi Jokowi di tahun 2021 ini.

"Situasi sekarang (pertumbuhan) investasi sekarang kan lebih dominan di Pulau Jawa. Kalau di NTB relatif sedikit (investasi masuk), agak banyakan justru di Makassar karena dia pusat pertumbuhan di Indonesia Timur," jelasnya.

Target jumbo dari Jokowi

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta realisasi investasi bisa menembus angka Rp900 triliun di tahun 2021 ini. Target tersebut jauh lebih tinggi dari target tahun 2020.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membenarkan hal tersebut. Kata Bahlil, untuk mencapai target Rp900 triliun, BKPM setidaknya harus menaikkan investasi 8,95 persen dari realisasi 2020 yang sebesar Rp826 triliun.

Bahkan, kata Bahlil, target yang diberikan oleh Jokowi jumlahnya juga lebih tinggi dari target BKPM yakni Rp856 triliun.

"Target kami sekalipun Bappenas menyampaikan kurang lebih hampir Rp856 triliun, tapi kami dalam arahan bapak Presiden kepada kami itu harus Rp900 triliun," katanya, dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 25 Januari.

Bahlil mengakui, bahwa target yang ditetapkan Jokowi bukan pekerjaan yang mudah. Namun, pihak akan bekerja keras dengan strategi yang dimiliki oleh BKPM.

"Saya akan coba memformulasikan itu dengan langkah-langkah konkret, komprehensif dan terukur agar mencapai target tersebut," jelasnya.

Menurut Bahlil, realisasi yang ditargetkan Jokowi ini bisa tercapai jika pandemi bisa diatasi dengan baik. Salah caranya dengan program vaksinasi yang telah dijalankan oleh pemerintah.

"Kedua adanya UU Cipta Kerja, memberikan dampak positif bagi investor. Rencananya Februari bisa kita eksekusi," ucapnya.

Adapun BKPM mencatat realisasi investasi tahun 2020 sebesar Rp826,3 triliun. Realisasi itu mencapai 101,1 persen dari target investasi tahun ini yang sebesar Rp817,2 triliun. Jumlah investasi pada periode Januari-Desember 2020 naik 2,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp809,6 triliun.

Jika dirinci, investasi dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp413,5 triliun atau 50,1 persen dari total investasi, sedangkan dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp412,8 triliun atau 49,9 persen.