Bahlil Diminta Jokowi Tarik Investasi Rp900 Triliun, PDIP: Tidak Akan Mudah, Berat
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia (Setpres RI)

Bagikan:

JAKARTA - Politikus PDIP Hendrawan Supratikno pesimistis Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dapat merealisasikan target Presiden Joko Widodo untuk meraih kontrak investasi Rp900 triliun.

"Saya rasa cukup berat untuk mencapai target yang besar ini,"ujar Hendrawan kepada wartawan, Senin, 3 Mei.

Anggota Komisi XI DPR itu mengatakan, untuk mencapai target investasi Rp900 Triliun tahun ini, butuh pembenahan besar-besaran di semua sektor. Menurutnya, tanpa kerja sama dan kerja keras semua pihak, target besar investasi tersebut akan sulit terpenuhi.

"Sektor riil harus segera dibenahi dengan kesabaran dan konsistensi," kata Hendrawan.

Jika regulasi antar daerah hingga antar instansi sudah bisa disederhanakan sesuai amanat Undang- undang (UU) Cipta Kerja, kata Hendrawan, target-target tersebut baru bisa direalisasikan. Dia pun menilai, saat ini adalah momentum yang tepat dalam mengupayakan pemulihan ekonomi. 

"Bila kita lebih siap dan sigap, kita akan mendapat banyak manfaat dari arus investasi, karena banyak investor asing yang saat ini mencari wilayah baru pasca pandemi," jelasnya.

Selain target besar, kata Hendrawan, pemerintah juga harus berorientasi pada pembenahan masalah dan akselerasi realisasi investasi. Karenanya, anggota komisi bidang keuangan itu berharap, Meninvest Bahlil dapat piawai mengurai hambatan investasi yang selama ini tertahan masuk ke Indonesia. 

"Kalau (hambatan, red) sudah disingkirkan, pasti akan lebih mudah untuk merealisasikan target. Tapi balik lagi, ini tidak akan mudah," kata Hendrawan. 

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengaku siap merealisasikan target realisasi investasi yang diminta Presiden Jokowi sebesar Rp 900 triliun tahun ini.

"Soal target investasi, tahun ini Rp 856 triliun dari Bappenas, tapi Bapak Presiden meminta Rp 900 triliun. Sebagai prajurit saya jalankan, siap Bapak Presiden," kata Bahlil Lahadalia, Kamis, 29 April.