Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis, 2 Mei 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Rabu, 30 April 2024, Kurs rupiah spot di tutup melemah 0,02 persen ke level Rp16.259 per dolar AS. Senada, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,17 persen ke level harga Rp16.276 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan Indeks dolar naik sekitar 0,3 persen di perdagangan Asia, karena investor bersiap untuk pertemuan Fed dan lekhawatiran akan suku bunga AS yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama menempatkan dolar pada jalur kenaikan 1,3 persen di bulan April.

"Fokus kini tertuju pada pertemuan The Fed akhir pekan ini, di mana bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil. Namun Ketua Fed Jerome Powell diperkirakan akan menawarkan pandangan yang lebih hawkish terhadap suku bunga, terutama menyusul serangkaian pembacaan inflasi yang panas," jelasnya dalam keterangan resminya, dikutip Kamis, 1 Mei.

Menurut Ibrahim, tanda-tanda inflasi yang tinggi membuat sebagian besar pedagang mengabaikan ekspektasi penurunan suku bunga jangka pendek oleh The Fed.

Bank sentral sekarang diperkirakan hanya akan menurunkan suku bunga pada bulan September, atau kuartal keempat, jika memang ada, pada tahun ini.

Data PMI resmi dari Tiongkok menunjukkan aktivitas manufaktur melambat sedikit dari yang diperkirakan pada bulan April dibandingkan bulan Maret. Namun aktivitas non-manufaktur melambat lebih dari yang diperkirakan.

Ibrahim menyampaikan meskipun survei swasta memberikan gambaran yang lebih baik mengenai sektor manufaktur, data pada hari Selasa masih menguraikan pelemahan berkelanjutan dalam perekonomian Tiongkok, meskipun kuartal pertama menunjukkan kinerja yang kuat.

Dari sisi internal, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) buka suara soal proyeksi perekonomian Indonesia di tengah masa transisi pemerintahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto, bahwa pihaknya melihat adanya lebih banyak penekanan pada kesinambungan kebijakan. Serta adanya catatan soal meningkatkan pengeluaran anggaran dan langkah-langkah dalam meningkatkan pendapatan negara.

Secara keseluruhan, bahwa adanya sebuah kesinambungan dalam reformasi kebijakan antara era Jokowi dan Prabowo, yakni dalam cara Indonesia mencapai kemajuan yang dinilai baik selama ini.

Hal ini tercermin dalam fundamental ekonomi RI yang kuat serta pemerintah harus memainkan peran penting dalam menutup kesenjangan infrastruktur, pendidikan serta mendorong reformasi tata kelola pemerintahan.

Selain pendidikan dan infrastruktur, reformasi kunci lainnya adalah reformasi pendapatan negara. Indonesia memiliki rasio pajak 10 persen yang rendah dibandingkan dengan kebutuhan belanja struktural untuk pendidikan, infrastruktur, dan jaring pengaman sosial.

IMF telah memberikan opsi-opsi untuk reformasi penerimaan sebagai hal yang sangat penting bagi pemerintahan yang baru.

Di lain sisi, IMF melihat pertumbuhan ekonomi Tanah Air cukup kuat.

IMF memproyeksi perekonomian Indonesia bertumbuh 5 persen pada 2024 dan 5,1 persen pada 2025.

Ibrahim menyampaikan fundamental makro Indonesia, baik itu defisit fiskal juga berada di bawah batas atas yang dimiliki. Inflasi juga dinilai berada dalam kisaran target.

Sehingga angka 5 persen merupakan tingkat pertumbuhan yang sangat kuat dan Indonesia telah berkinerja baik, tumbuh sangat dekat dengan potensi selama sekitar satu dekade terakhir.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Kamis, 2 Mei 2024 dalam rentang harga Rp16.200 - Rp16.300 per dolar AS.