JAKARTA - Pengelolaan keamanan kilang yang dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mendapat pengakuan telah dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku. Salah satu standar pengamanan yang menjadi acuan KPI adalah pengamanan berdasarkan Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Nomor 3 Tahun 2020.
Sebagai bentuk kepatuhan tersebut, KPI telah menerima Sertifikat Penerapan Standar Minimum Pengamanan Berdasarkan Peraturan BNPT Nomor 3 Tahun 2020 (30/4).
"Seluruh kilang yang dikelola KPI telah mengikuti audit sistem keamanan berdasarkan standar Peraturan BNPT Nomor 3 Tahun 2020. Hasilnya sangat mengembirakan karena seluruhnya menerima sertifikasi pengamanan level 1," kata Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen dalam keterangannya, Rabu, 1 Mei.
Peraturan BNPT Nomor 3 Tahun 2020 memuat standar minimum pengamanan serta kriteria dan parameter pengamanan dalam rangka pencegahan tindak pidana terorisme. Sesuai dengan peraturan tersebut, BNPT telah melakukan sosialisasi, asesmen, audit penerapan sistem pengamanan, Identifikasi potensi atau dampak tindak pidana terorisme serta Koordinasi Hasil Kegiatan Asesmen dan Audit Penerapan Standar Minimum Pengamanan.
BNPT mengklasifikasikan sertifikasi pengamanan menjadi 3 level yaitu level 1, level 2 dan level 3. Sertifikasi sistem pengamanan level 1 merupakan level tertinggi.
"Pengamanan merupakan hal yang sangat penting bagi operasional kilang. Kami harus memastikan kilang dapat terhindar dari segala macam gangguan termasuk juga ancaman tindak teroris," jelas Hermansyah.
Hal yang sama disampaikan oleh Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman. Taufik menyampaikan bahwa kerjasama assessment dan audit ini bertujuan untuk mengamankan potensi ancaman terorisme di objek vital nasional.
"Assessment dan audit ini merupakan program yang sangat baik. KPI pun terus melakukan pembenahan. Tahun lalu saya lihat adanya gap dalam sistem pengamanan kilang. Dan tentunya saya berinisiatif dilakukan assessmen base line dan audit. Hal ini bertujuan agar resiko-resiko bisa termitigasi sehingga gapnya akan semakin sedikit," jelas Taufik.
Taufik menyampaikan untuk terus dilakukan adalah mengelola level resiko dilakuka secara terus menerus dan berkesinambungan.
"Harapannya akan semakin kecil resiko dampak terorisme, apalagi bila radikalisme yang sangat membahayakan itu terjadi di Ovitnas, terutama kilang yang temasuk salah satu obvitnas dan strategis," jelas Taufik.
Taufik menyampaikan keberhasilan pencapaian KPI tersebut tentu dapat dicapai karena adanya dukungan dari pemangku kepentingan.
"Kedepannya adalah tindak lanjut dari gap yang sudah di asessment dan audit. KPI juga akan terus me-maintain kolaborasi ini bersama BNPT dan pihak-pihak terkait," ujar Taufik.
Sementara itu, Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Roedy Widodo menjelaskan bahwa BNPT selama ini berupaya maksimal dalam rangka menumbuhkan kesadaran dan kerjasama dalam menghadapi tantangan dan ancaman terkait tindak pidana terorisme kepada semua lini termasuk kepada objek vital yang strategis.
BACA JUGA:
Menurutnya, objek vital yang strategis menjadi salah satu target serangan terorisme karena memiliki dampak yang luas terhadap hajat hidup orang banyak, stabilitas politik, ekonomi, dan ketahanan negara.
“Bila kita cermati, tren serangan terorisme pada level global dan regional tidak hanya menargetkan manusia atau fasilitas publik, namun juga menjadikan objek vital yang strategis sebagai salah satu target serangan. hal ini dikarenakan objek vital yang strategis memiliki dampak yang luas terhadap hajat hidup orang banyak, stabilitas politik, ekonomi, dan ketahanan negara,“ ungkap Roedy.
Melalui kegiatan penyerahan sertifikat, Roedy berharap BNPT dan pengelola objek vital yang strategis dapat terus meningkatkan kerjasama dan kualitas nya dalam mencegah tindak pidana terorisme.
“Kami harapkan kolaborasi antara BNPT dan pengelola objek vital yang strategis dapat terus kita tingkatkan kualitasnya di masa yang akan datang,” tutup Roedy.