Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengungkap dua kunci utamanya Indonesia bisa keluar dari middle income trap atau jebakan kelas menengah untuk menuju negara maju. Salah satunya adalah investasi.

"Kenapa pemerintahan Presiden Jokowi di periode kedua ini selalu menggalakan investasi di infrastruktur? Karena itulah salah satu syarat kita keluar dari middle income trap," kata Mendag Lutfi dalam acara Rakernas HIPMI 2021 secara daring, Jumat, 5 Maret.

Kata Lutfi, mengacu pada Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang merupakan salah satu komponen penyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan merepresentasikan besaran investasi. Pada 2018 kontribusi PMTB ke struktur PDB Indonesia sebanyak 34 persen. Namun, pada 2020 turun menjadi 31 persen.

Padahal, kata Lutfi, untuk membuat ekonomi Indonesia tumbuh tinggi, investasi harus berkontribusi sekitar 39 persen sampai 40 persen dengan trajectory growth (lintasan pertumbuhan) sebesar 7,3 persen per tahun.

"Artinya apa? Artinya kita tidak bisa membedakan antara investasi lokal atau internasional. Lokal sama internasional saja tidak bisa dibedakan, apalagi investasi yang datang dari satu negara ke negara yang lain," jelasnya.

Karena itu, kata dia, pemerintah gencar mengundang investor untuk menanamkan modalnya di Tanah Air. Salah satunya dengan hadirnya Undang-Undang Cipta Kerja yang memberikan kemudahan berinvestasi.

"Ini penting, bahwa untuk Indonesia maju medannya akan terbuka, investasinya. Oleh sebab itu kita mesti bersaing, bukan antar provinsi satu pengusaha, tapi kita mesti bersaing sebagai kelas dunia. Ini yang mesti kita kerjakan," tuturnya.

Kata Lutfi, kunci kedua adalah manufaktur dalam hal ini berasal dari perdagangan. Lutfi mengatakan, manufaktur akhirnya menghadirkan barang primadona nonmigas untuk ekspor. Apalagi, kontribusi manufaktur terhadap PDB pada tahun lalu sekitar 22 persen.

Namun, kata Lutfi, untuk menjadi negara maju, kontribusi sektor manufaktur RI harus naik menjadi 32 persen dengan trajectory growth 7,8 persen per tahun. Sementara untuk ekspor dan impor Indonesia yang pada tahun lalu hanya sekitar 33 persen sampai 34 persen, harus didorong menjadi 54 persen.

Saat ini, menurut Lutfi, ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi termasuk pembelanjaan untuk gaya hidup. Kata dia, 59 persen sumbangan terhadap PDB datangnya dari konsumsi.

"Agar ekspor impor kita tinggi, kita mesti membuka pasar untuk kita bisa menjual lebih. Enggak bisa hanya mau jual saja tetapi enggak mau membeli, karena kita masuk dalam global value chain. Jadi kita mesti bersaing, bukan antara kita, tapi juga dengan pelaku-pelaku ekonomi internasional," ucapnya.

Lebih lanjut, Lutfi mengatakan, jika Indonesia tidak bisa lulus menjadi negara maju dalam 17-18 tahun ke depan maka Indonesia akan stuck di dalam middle income class.