Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu 3 April 2024 diperkirakan akan bergerak melanjutkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, rupiah spot ditutup melemah tipis 0,02 persen ke level harga Rp 15.897 per dolar AS pada perdagangan hari, Selasa 2 April. Senada, rupiah pada Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) turun 0,01 persen ke level Rp15.897 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan Indeks manajer pembelian manufaktur ISM secara tak terduga naik ke angka 50,3 dari 47,8. Pembacaan indeks melampaui 50, yang mengindikasikan ekspansi di bidang manufaktur, untuk pertama kalinya sejak September 2022, karena produksi meningkat tajam dan pesanan baru meningkat, menyoroti kekuatan perekonomian dan menimbulkan keraguan mengenai waktu penurunan suku bunga The Fed.

"Data manufaktur yang kuat membuat imbal hasil Treasury AS lebih tinggi, dengan imbal hasil obligasi bertenor dua tahun dan 10 tahun naik ke level tertinggi dalam dua minggu, sehingga meningkatkan dolar," jelasnya dalam keterangan resminya, dikutip Rabu, 3 April.

Pasar kini memperkirakan peluang sebesar 61 persen bagi The Fed untuk memangkas suku bunga pada bulan Juni, dibandingkan dengan 70 persen pada minggu sebelumnya, menurut CME FedWatch Tool. Mereka juga memperkirakan pemotongan sebesar 68 basis poin tahun ini.

Namun, Ibrahim menyampaikan data ekonomi yang kuat dibandingkan dengan data indeks harga PCE inti, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, yang melambat lebih dari perkiraan pada bulan Februari, menunjukkan bahwa kejutan kenaikan inflasi baru-baru ini mungkin merupakan penyimpangan dari tren deflasi baru-baru ini.

Dari sisi internal, pasar terus memantau tentang posisi utang pemerintah, yang tercatat berada di angka Rp8.319,2 triliun hingga 29 Februari 2024. Jumlah ini naik dari posisi akhir Januari, yang senilai Rp8.253,09 triliun atau bertambah Rp66,13 triliun dalam kurun waktu satu bulan.

Adapun, utang pemerintah ini setara dengan 39,06 persen produk domestik bruto (PDB) dan melanjutkan tren tertinggi sepanjang masa.  

Sedangkan, dalam buku APBN Kita edisi Maret 2024 mencatat rasio utang pada Februari masih di bawah batas aman rasio utang sesuai dengan Undang-Undang (UU) NO. 17/2023 yang sebesar 60 persen. Pengelolaan portofolio utang berperan besar dalam menjaga kesinambungan fiskal secara keseluruhan.

Oleh karena itu, pemerintah konsisten mengelola utang secara cermat dan terukur dengan menjaga risiko suku bunga, mata uang, likuiditas, dan jatuh tempo yang optimal.

Selain itu, pemerintah mengutamakan pengadaan utang dengan jangka waktu menengah-panjang dan melakukan pengelolaan portofolio utang secara aktif.

Pengelolaan utang yang disiplin turut menopang hasil asesmen lembaga pemeringkat kredit (S&P, Fitch, Moody’s, R&I, dan JCR) yang hingga saat ini tetap mempertahankan sovereign rating Indonesia pada level investment grade di tengah dinamika perekonomian global dan volatilitas pasar keuangan.

Selain itu, Bank Indonesia terus melakukan bauran strategi ekonomi guna untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah serta terus melakukan intervensi besar di pasar valuta asing, Obligasi di perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF),  walaupun nantinya akan berimbas terhadap menurunnya cadangan devisa.

Namun apa yang dilakukan oleh BI sudah sesuai dengan regulasi yang bertujuan untuk menahan pelemahan mata uang rupiah, imbas dari kenaikan inflasi global.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan 3 April 2024 dalam rentang harga Rp15.880 - Rp15.940 per dolar AS.