Bagikan:

JAKARTA - Pergerakan rupiah pada Senin 18 Desember cenderung terbatas dan bergerak sideways terhadap dolar AS akibat pernyataan dari dua Pejabat The Fed dan sentimen risk-on di pasar Asia.

Mengutip Bloomberg, Rupiah spot ditutup pada level harga Rp 15.492 per dolar AS di perdagangan akhir pekan, Jumat 15 Desember. Dalam sepekan, rupiah spot menguat sekitar 0,16 persen daripada posisi akhir pekan lalu di Rp 15.517 per dolar AS. Rupiah spot terpantau menguat tipis 0.06 persen secara harian dari posisi kemarin Rp 15.502 per dolar AS.

Sementara itu, Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup di posisi Rp 15.503 per dolar AS. Secara mingguan, rupiah jisdor melemah sekitar 0,01 persen dari posisi Rp 15.500 per dolar AS. Secara harian, rupiah melemah 0.06 persen dari posisi Rp 15.493 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan dolar AS menguat terhadap mata uang utama, termasuk Euro, Sterling, dan Yen Jepang, didorong oleh pernyataan dari para pejabat The Fed.

Adapun, Presiden Federal Reserve New York John Williams menyatakan masih terlalu dini untuk memikirkan kebijakan penurunan suku bunga, terutama karena para pejabat masih mempertimbangkan apakah suku bunga saat ini cukup untuk mendorong inflasi menuju 2 persen.

Sementara itu, Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic memperkirakan Bahwa terdapat dua kali penurunan suku bunga pada tahun 2024 yang akan terjadi mulai paruh kedua tahun 2024.

Josua menyampaikan kedua pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa The Fed belum mempertimbangkan penurunan suku bunga lebih awal pada tahun 2024.

Di sisi lain, menurut Josua data PMI AS tercatat beragam, dan pengaruhnya tidak terlalu signifikan terhadap tren dolar AS. Adapun data PMI Manufaktur AS turun menjadi 48,2 dari sebelumnya 49,4. Namun, PMI Jasa AS secara mengejutkan naik menjadi 51,3 dari 50,8.

"Dolar Index naik 0,58 persen menjadi 102,55, sementara yield US Treasury (UST) 10 tahun turun 1bps menjadi 3,91 persen. Pekan lalu, Dolar AS cenderung melemah, terutama setelah stance dovish Fed pada pertemuan FOMC. Dolar Index turun 1,4 persen," Jelasnya kepada VOI, Senin 18 Desember.

Josua menilai pergerakan rupiah hari senin 18 Desember akan bergerak datar (sideways) di tengah menguatnya sentimen risk-on di pasar Asia. Namun, rupiah cenderung melemah pasca data neraca perdagangan yang mencatat surplus lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Surplus perdagangan turun menjadi 2,41 miliar dolar AS pada November 2023 dibandingkan Oktober 2023 sebesar 3,47 miliar dolar AS seiring dengan meningkatnya impor minyak karena kuatnya permintaan dalam negeri.

Menurut Josua depresiasi Rupiah berbalik setelah PBoC mengumumkan bahwa mereka akan menyuntikkan 112 miliar dolar AS untuk mendukung pemulihan ekonomi.

Selain itu, pada pekan lalu yield obligasi tenor 10 tahun turun 4bps menjadi 6,57 persen dan volume perdagangan obligasi pemerintah mencatat rata-rata Rp17,41 triliun pada minggu lalu, lebih tinggi dibandingkan minggu sebelumnya yang rata-rata sebesar Rp13,17 triliun.

Josua memperkirakan Rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.450 per dolar AS – Rp15.550 per dolar AS.