Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengaku tak masalah dengan keputusan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) yang memilih impor tiga rangkaian atau trainset KRL baru dari perusahaan asal China, CRRC Sifang Co.Ltd.

Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal mengatakan kewenangan mengenai pengadaan sarana kereta berada di operator dalam hal ini PT KCI.

“Memang kewenangan untuk pengadaan sarana ada di operator,” katanya ditemui di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Rabu, 7 Februari.

Risal bilang operator dipersilakan untuk melakukan pengadaan kereta dari negara manapun. Namun, kata Risal, spesifikasi keretanya harus mengikuti standar yang ditetapkan Kemenhub.

“(KCI) komunikasi lah. Artinya proses itu. Kita ngasih standarnya, standar kereta api, dia boleh milih dari manapun,” tutur Risal.

Sekadar informasi, KCI resmi akan mengimpor tiga rangkaian KRL baru dengan tipe KCI-SFC120-V dari pabrikan asal China, CRRC Sifang Co., Ltd dengan nilai investasinya mencapai sekitar Rp783 miliar.

Sebelumnya, Vice President Corporate Secretary KCI, Anne Purba mengatakan pihaknya telah membandingkan harga kereta hasil produksi perusahaan Jepang, J-TREC; perusahaan asal China, CRRC Sifang Co.Ltd dan juga dari dua perusahaan asal Korea Selatan (Korsel), yakni Wojin dan Dawonsys.

Hasilnya, sambung Anna, harga KRL yang diproduksi oleh perusahaan China, CRRC Sifang jauh lebih murah dibanding dengan tiga perusahaan lainnya.

“Sehingga pada saat kami menerima semua proposal (dari negara-negara) itu, memang CRRC paling kompetitif dari harga,” katanya dalam konferensi pers di kantor KCI, Jakarta, Selasa, 6 Februari.

Selain itu, Anne bilang dalam memutuskan impor dari China salah satu pertimbangannya adalah spesifikasi teknisnya paling mendekati standar di Indonesia.

“Ada spesifikasi teknis yang sangat mendekati dari CRRC, karena dia memang produksi benar-benar sesuai kebutuhan kita. Kalau yang dari Korea, mayoritas mereka masih menggunakan alumunium, sementara kita kan sudah stainless steel,” jelas Anne.

Anne bilang spesifikasi lainnya yang juga dipertimbangkan adalah ruang bebas di dalam gerbong kereta, prasarana, ukuran rel, hingga kualitas AC.

“Contohnya AC, AC untuk kapasitas secara teknis di Singapura, Malaysia, China, Jepang, itu berbeda-beda. Dan ini yang mereka sesuaikan kondisinya dengan Indonesia,” tuturnya.