Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan buka suara mengenai keputusan PT KCI mengimpor tiga rangkaian atau trainset KRL baru dari China.

Kata Luhut, impor hanya sementara saja sembari menunggu kereta produksi dalam negeri rampung dari PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA.

Sekadar informasi, selain mengimpor tiga rangkaian KRL baru dari China, PT KCI juga sudah memesan 16 rangkaian KRL baru dari PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA.

“Itu bridging (menjembatani) saja yang 3 kereta, sambil kita membangun dengan INKA di (pabrik) Banyuwangi dan Madiun, supaya buatan dalam negeri,” ujarnya saat ditemui di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Rabu, 7 Februari.

Luhut bilang keputusan impor KRL baru dari China ini juga sudah dibahas dalam rapat koordinasi yang dipimpinnya dengan melibatkan stakeholder terkait, mulai Kementerian BUMN, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, dan INKA.

Awalnya, KCI berencana melakukan impor KRL bekas dari Jepang. Namun, rencana tersebut tidak jadi terealisasi karena tak mendapat restu dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Karena itu, KCI memutuskan mengimpor KRL baru dari China.

“Kan ngapain kita impor bekas, impor saja sekalian yang jadi (baru). Tapi yang 3 ini (KRL impor dari China) bridging untuk membangun yang semua dalam negeri,” katanya.

Seperti diketahui, keputusan memesan KRL dari China, CRRC Sifang Co.Ltd ini dilakukan setelah KCI membandingkan beberapa tawaran, termasuk dari perusahaan asal Jepang, J-TREC. CRRC Sifang juga merupakan produsen armada Kereta Cepat Whoosh.

Keputusan KCI ini pun menimbulkan dugaan di publik bahwa ada ancaman dari China Development Bank (CDB) kepada pemerintah Indonesia. Dimana CDB diduga bakal menahan pemberian utang ke proyek Kereta Cepat Whoosh jika memilih Jepang.

Terkait hal tersebut, Luhut mengaku belum mendengarkan kabar itu. “Oh, baru tahu saya soal itu,” ungkap dia.