JAKARTA - Keputusan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) memilih impor tiga rangkaian atau trainset KRL dari China menuai polemik. Bahkan, muncul dugaan China Development Bank (CDB) mengancam akan menahan pemberian utang proyek Kereta Cepat Whoosh jika Indonesia pilih Jepang.
Pasalnya, proposal awal pengadaan KRL yang diterima oleh PT KCI adalah dari produsen KRL asal Jepang yakni J-TREC pada tahun Oktober 2023 lalu. Adapun J-TREC sendiri sahamnya dimiliki seutuhnya oleh JR-East.
Menanggapi hal ini, Vice President Corporate Secretary KCI Anne Purba memastikan bahwa keputusan pengadaan impor tiga rangkaian atau trainset KRL baru dari perusahaan asal China, CRRC Sifang Co., Ltd tidak ada hubungannya dengan proyek Kereta Cepat Whoosh.
“Tidak ada hubungannya, pure enggak ada hubungannya. Pengadaannya, prosesnya, benar-benar pengadaan. Tidak ada pengaruh dari siapapun,” ujarnya dalam konferensi pers di kantor KCI, Jakarta, Selasa, 6 Februari.
Setelah proposal diterima Oktober 2023, Anne bilang pihak J-TREC menyampaikan adanya perubahan rekomendasi teknis dan pembiayaan yang diajukan dari proposal sebelumnya.
Anne bilang selain terus melakukan komunikasi dengan J-TREC Jepang, KCI juga melakukan komunikasi ke Korea Selatan (Wojin dan Dawonsys) dan China (CRRC Sifang) yang juga memproduksi kereta cepat Whoosh.
“Sehingga pada saat kami menerima semua proposal itu memang CRRC paling kompetitif. Dan mereka juga kerja sama dengan 28 negara dalam pengadaan sarana kereta baik commuter atau high speed train di beberapa negara, termasuk Eropa dan Asia,” tutur Anne.
BACA JUGA:
Lebih lanjut, Anne mengatakan keputusan KCI ini juga diawasi oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Ia pun menekankan tidak ada konflik kepentingan apapun.
“Jadi memang proses pengadaan harus ada pembanding, tidak ada rekomendasi dari siapapun kita kerja sama dengan korea ada dua manufaktur, CRRC, J-TREC di Jepang,” ujarnya.
Anne juga bilang KCI masih berhubungan baik dengan Jepang dan Korea Selatan meskipun akhirnya bekerja sama dengan China. Mengingat, mayoritas armada KRL saat ini merupakan impor dari Jepang.
“Kami sangat berhubungan baik dengan tiga negara ini. Saat ini dengan Jepang masih kerja sama mayoritas trainset dari Jepang, masih ada kerja sama LTPA (Long Term Partnership Agreement), long term pengadaan suku cadang, hospitality training dengan Jepang,” jelasnya.