Bagikan:

JAKARTA - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter membutuhkan anggaran sebesar Rp9 triliun untuk pengadaan Kereta Rel Listrik (KRL) baik dari produksi PT INKA (Persero) dan impor, maupun peremajaan (retrofit).

VP Corporate Secretary KCI, Anne Purba menjelaskan pengadaan KRL yang sudah berkontrak atau bekerja sama dengan beberwpa pihak ini nilainya mencapai Rp6,84 triliun.

Rinciannya, pengadaan 16 KRL baru oleh PT INKA dengan total investasi sebesar Rp 3,83 triliun. Lalu, pengadaan 19 rangkaian KRL retrofit oleh PT INKA dengan total investasi lebih dari Rp2,23 triliun, serta pengadaan 3 KRL baru diimpor dari CRRC Sifang, China, dengan total investasi Rp783 miliar.

Kata Anne, pihaknya juga membuka kemungkinan tambahan pengadaan 8 KRL baru. Dengan tambahan ini, sambung Anne, total pendanaan yang dibutuhkan KCI sebesar Rp9 triliun.

“Jadi yang kita butuhkan sampai nanti ada 8 kereta baru itu ya, itu bisa sampai lebih dari Rp9 triliun kalau dengan currency (nilai tukar) sekarang ya, kan ini akan berubah terus,” katanya dalam konferensi pers, di kantor KCI, Jakarta, Selasa, 6 Februari.

Anne bilang seluruh pembiayaan pengadaan KRL itu bersumber dari pinjaman KAI Commuter sebesar Rp3,5 triliun. Lalu, Shareholder Loan dari PT KAI (Persero) kurang lebih Rp800 miliar, dan Penyertaan Modal Negara (PMN) sekitar Rp5-5,5 triliun.

Lebih lanjut, Anne menjelaskan pengadaan 8 KRL baru ini juga masih dalam persiapan dengan melihat kapasitas produksi milik PT INKA (Persero). Menurut Anne, pendanaan tambahan 8 KRL baru ini akan dimasukkan dalam alokasi PMN.

“Karena memang dari sisi keuangan kami (KCI) butuh dibantu, karena pengadaan KRL dari INKA yang sudah ditandatangani 16 tadi juga kami dibantu KAI shareholder loan-nya sebesar Rp800 miliar,” jelasnya.