Bagikan:

JAKARTA - Emiten jasa sertifikasi, PT Carsurin Tbk (CRSN) menargetkan kenaikan pendapatan di tahun 2023 sebesar Rp430,05 miliar.

Optimistis ini sejalan dengan proyeksi peningkatan pada inspeksi, pengujian, sertifikasi dan verifikasi atau yang dikenal dengan TIC.

"Perseroan memproyeksikan di akhir 2023 pendapatan akan sebesar Rp430,05 miliar atau naik 18,35 persen dibandingkan pada periode Desember tahun 2022 yang sebesar Rp363,57 miliar," ujar Direktur Keuangan PT Carsurin Tbk Timotius Tjahjana, Kamis, 15 November.

Timotius menyampaikan target tersebut sesuai dengan proyeksi dalam prospektus perusahaan, peningkatan akan didominasi pada sektor inspeksi dan pengujian.

Selain itu, sejalan dengan meningkatnya proyeksi pendapatan, laba bersih perseroan pun ditarget meningkat menjadi Rp50 miliar hingga akhir tahun.

President Director PT Carsurin Tbk Sheila Tiwan menyebutkan, pada Kuartal III-2023 CRSN mencatatkan pendapatan sebesar Rp 312,95 miliar. Angka itu, naik 25,75 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 248,85 miliar.

“Pendapatan pada periode tersebut diperoleh dari sejumlah lini usaha yang meliputi jasa inspection, testing, certification, consulting dan product sales,” jelas Sheila.

Sheila menyampaikan bisnis di sektor Testing, Inspection, and Certification (TIC) memiliki prospek yang cerah, sehingga dapat mencapai target pendapatan yang telah ditetapkan pada tahun ini sebesar Rp430,05 miliar dan Rp507 miliar pada 2024.

“Kami meyakini kinerja yang mumpuni dan membanggakan dari Perseroan akan dapat terus kami lanjutkan,” jelasnya.

Sheila menjelaskan, keyakinan tersebut didorong industri TIC yang mengalami tren positif dan pertumbuhan yang stabil dalam beberapa tahun terakhir karena meningkatnya permintaan untuk produk dan layanan berkualitas tinggi, serta meningkatnya kesadaran konsumen tentang keamanan dan kualitas produk.

Adapun CRSN membukukan laba bersih sebesar Rp18,87 miliar pada kuartal III-2023 atau tumbuh 76,52 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama pada 2022 sebesar Rp10,82 miliar.

Di sisi lain, CRSN mencatatkan pertumbuhan pada total aset menjadi Rp253,71 miliar per 30 September 2023, dibandingkan posisi akhir Desember 2022 sebesar Rp170,09 miliar.

Selanjutnya, liabilitas turun menjadi Rp48,38 miliar pada kuartal III-2023, dibandingkan posisi akhir 2022 sebesar Rp55,56 miliar. Sedangkan ekuitas naik menjadi Rp205,33 miliar, dibandingkan Desember 2022 sebesar Rp114,52 miliar.

Sheila mengatakan, pencapaian yang diperoleh perusahaan hingga saat ini, tak lepas dari pengalaman perusahaan yang telah mencapai 55 tahun.

Selain itu, CRSN telah melakukan revitalisasi terhadap sejumlah laboratoriumnnya yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia. Laboratorium yang telah selesai direvitalisasi antara lain, yang berada di Samarinda, Kendari, Cikarang, Palembang, Jambi, Pontianak, dan Medan.

“Perseroan juga telah memiliki sejumlah upaya guna mendukung ambisi pemerintah mewujudkan transformasi ekonomi dalam kontek ekonomi hijau, ekonomi biru dan transisi energi, dengan menangkap peluang bisnis di dalamnya," ujarnya.

Sheila menyampaikan perseroan telah memiliki 8 lini usaha, bermula dari bisnis kelautan (marine), lini usaha perseroan kian meluas hingga yang terbaru adalah bisnis enviro. Lini bisnis perusahaan yang meliputi mineral & logam, energi, sertifikasi sistem dan produk, infrastruktur, transformasi digital, lingkungan & keberlanjutan, pangan dan pertanian, serta kelautan, lepas pantai dan asuransi.

Adapun deretan peluang ekonomi hijau yang telah ditangkap Carsurin seperti enviromental testing serta jasa-jasa terkait dengan gas rumah kaca and carbon trading.

Selain itu, terdapat peluang di rantai pasok dan ekosistem kendaraan listrik.

Selanjutnya, untuk sektor ekonomi biru, Sheila menyampaikan terdapat peluang dari bisnis marine infrastructure, maritime transport, dan dangerous goods. Sedangkan untuk transisi energi, perseroan telah menerapkan energy efficiency audit, UAV digital transformation, dan layanan terkait dengan renewables energy seperti biofuel, cangkang sawit (PKS) dan biomassa berkelanjutan (GGL).