Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso mengungkapkan perusahaannya harus mengeluarkan dana sebesar Rp24 triliun untuk penghapusan kredit macet dari UMKM imbas pandemi COVID-19.

Lebih lanjut, Sunarso menegaskan dana sebesar Rp24 triliun tersebut bersumber dari laba perusahaaan. Adapun, BRI mencatatkan laba sebesar Rp44,2 triliun hingga saat ini.

“Sampai hari ini kita sudah mengumpulkan laba Rp44,2 triliun terus kemudian kita juga menghapus buku kredit mikro UMKM yang macet karena covid itu Rp24 triliun,” katanya dalam acara Ngopi BUMN, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis, 26 Oktober.

Langkah ini, kata Sunarso juga sejalan dengan relaksasi kredit dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan berakhir. Sunarso menegaskan upaya penghapusan kredit macet UMKM tersebut sama sekali tidak mengganggu laba dari BRI.

“Berapa biaya yang harus buku itu? Rp 24 triliun dan tidak mengganggu laba,” jelasnya.

Suharso menjelaskan bahwa langkah ini membuat rasio cakupan pelunasan utang atau rasio coverage terhadap Non-performing Loan (NPL) BRI mencapai 280 persen.

“Jadi itu cadangan kita memang sekarang menjadi 228 persen itu masih lebih dari cukup,” tegasnya.

“Kenapa kok turun dari 280 persen? ya tadi itu untuk biaya penghapusan kredit macet terhadap UMKM Rp 24 triliun tanpa minta satu sen pun (ke Kementerian BUMN),” sambungnya.

Pada kesempatan ini, Suharso juga menjawab pertanyaan mengenai pengambilan langkah menumpuk cadangan ketimbang menjadikan sebagai laba.

“Kita ini orang yang paham tentang resiko kita ini berbisnis tahu nyari untung tapi juga tahu nyari selamat, maka si untung dan si selamet ini kita cari ya maka kemudian kita untung tapi kita cadangkan cadangan yang cukup untuk ngejar supaya kita tetap selamat,” jelasnya.

Sekadar informasi, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatat penyaluran kredit usaha rakyat atau KUR sampai dengan September 2023 sebesar Rp107,84 triliun dari total target Rp194,4 triliun.

Tercatat juga, hingga September 2023 BRI telah menyalurkan kredit kepada UMKM sebesar Rp394 triliun. Angka ini naik sebesar 18,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 yang hanya sebesar Rp333 triliun.