Bagikan:

JAKARTA - Di saat banyak negara yang memberikan sanksi, Kazakhstan tetap ada pendiriannya untuk tidak memberlakukan kepada Rusia. Hal ini demi memajukan ekonomi nasional.

"Kami tidak membahas ataupun berencana terlibat dalam pemberian sanksi. Fokus kami adalah membawa keuntungan bagi ekonomi negara kami," kata Menteri Ekonomi Nasional Alibek Kuantyrov di Astana, Jumat (17/3).

Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat dan para anggota Uni Eropa, telah menjatuhkan berbagai sanksi terhadap Rusia setelah Moskow mulai melakukan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Kazakhstan menyadari bahwa negaranya memang terjepit di antara pihak-pihak yang terlibat dalam perang Ukraina.

Kuantyrov menggarisbawahi fakta bahwa Kazakhstan mempunyai hubungan dekat dari segi geografis dan sejarah, baik dengan Rusia maupun Ukraina.

"Kami harus bertindak dalam kerangka memberi manfaat bagi rakyat, bangsa, dan integritas wilayah Kazakhstan. Karena itulah kami melaksanakan kebijakan ekonomi," katanya.

Kendati tidak ikut menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, kata Kuantyrov, Kazahkstan akan memastikan wilayahnya tidak akan digunakan oleh berbagai perusahaan untuk menghindari sanksi-sanksi yang berlaku.

Pada saat yang sama, ujarnya, Kazakhstan tetap menjalin hubungan perdagangan dengan Rusia dan negara-negara lain.

Tantangan Ekonomi

Kuantyrov mengakui bahwa risiko menyangkut kondisi geopolitik serta konflik di antara negara-negara terkait masih menjadi tantangan terbesar bagi agenda ekonomi Kazakhstan.

Namun dengan merujuk pada berbagai pencapaian Kazakhstan sepanjang 2022, ia menekankan bahwa negaranya mampu menyesuaikan diri dengan berbagai masalah ekonomi global yang memburuk.

"Pertama-tama, kami berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang positif," ujarnya.

Menurut data awal yang ia sebutkan, ekonomi Kazakhstan pada 2022 meningkat sebesar 3,2 persen tahun ke tahun (year-on-year).

Pertumbuhan tersebut, katanya, terutama didorong oleh peningkatan pada investasi dan perdagangan luar negeri.

Pada tahun 2022, investasi pada modal tetap meningkat sebesar 7,9 persen, tercatat sebesar 15,1 triliun tenge (sekitar Rp513,72 triliun).

Kuantyrov memperkirakan arus investasi asing langsung (FDI) pada 2022 diperkirakan mencapai 27 miliar dolar AS (sekitar Rp412,65 triliun).

"Dan kami perkirakan peningkatan lebih lanjut dalam FDI akan terjadi pada tahun-tahun mendatang," katanya.

Ia juga mengungkapkan bahwa banyak perusahaan asing yang ingin memindahkan pusat kegiatan ke Kazakhstan.

Sepanjang tahun lalu saja, ujarnya, ada lebih dari 20 perusahaan yang sudah melakukan relokasi ke Kazakhstan.

Kazakhstan menargetkan bahwa 401 perusahaan dari 38 negara akan merelokasi kegiatan ke negara itu, termasuk dari Jerman, Amerika Serikat, Swiss, Jepang, dan Italia.

Saat ini, kata Kuantyrov, pemerintah sedang melangsungkan perundingan dengan 50 perusahaan lainnya soal relokasi ke Kazakhstan.

"Kami berharap pemindahan oleh perusahaan internasional dan Rusia akan terus berlangsung," ujarnya.