Bagikan:

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani pada hari ini berkesempatan menjadi salah satu pembicara utama dalam forum Economic Outlook 2023 yang dikomandoi oleh pengusaha nasional Chairul Tanjung.

Dalam kesempatan itu, Menkeu memaparkan tentang kesiapan APBN menghadapi ketidakpastian harga komoditas, hingga pelemahan global Menurut dia, pemerintah tetap optimistis dan waspada terhadap kemungkinan di depan.

Menkeu menjelaskan, perjalanan 2022 bukan periode yang mudah. Harga-harga energi, seperti BBM dan listrik, sampai makanan melonjak sangat ekstrim.

“APBN bekerja keras extraordinary melindungi rakyat dan ekonomi. Penerimaan negara digunakan untuk membayar subsidi energi yang naik sangat tajam tiga kali lipat mencapai Rp505 triliun. Ada juga bantuan sosial mencapai Rp417 Triliun. Pemerintah terus pula membangun infrastruktur untuk mendukung pemulihan ekonomi,” ujarnya melalui keterangan tertulis pada Selasa, 28 Februari.

Bendahara negara mengungkapkan jika keputusan tersebut membuahkan hasil dengan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen.

“Pemulihan ekonomi makin merata seluruh sektor, seluruh daerah dan didukung investasi, ekspor dan konsumsi. Our economy is really good and resilient!” tegasnya.

Menkeu menambahkan, untuk periode 2023 Indonesia dan banyak negara dunia tengah menghadapi kompleksitas dunia, uncharted territory. Kata dia, semua krisis dunia masa lalu menjadi pelajaran berharga menghadapi ketidakpastian saat ini.

“Indonesia terus fokus pada perbaikan pondasi, mulai infrastruktur, SDM, penurunan kemiskinan dan stunting. Pemerintah dan memastikan seluruh daerah mengalami perbaikan sosial ekonomi yang merata,” tuturnya.

“Sementara APBN adalah instrumen penting untuk pembangunan dan mencapai tujuan negara,” sabung Menkeu.

VOI mencatat setidaknya terdapat empat indikator penting yang membuat perekonomian Indonesia bisa lebih kuat di tahun ini. Pertama, postur APBN sampai dengan Januari 2023 masih melanjutkan tren positif surplus senilai Rp90,8 triliun.

Kedua, neraca perdagangan Indonesia yang surplus 3,8 miliar dolar AS pada bulan lalu. Torehan ini sekaligus memperpanjang surplus selama 33 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Ketiga, inflasi yang terus melandai jadi 5,28 persen pada Januari 2023 dari sebelumnya bertengger di angka 5,51 persen saat Desember 2022.

Empat, keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 Persen pada tengah bulan ini yang membuat ruang perbankan semakin terbuka untuk menggenjot fungsi intermediasi.