Bagikan:

JAKARTA - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada perdagangan hari ini, Selasa 14 Februari di tengah penantian pasar terhadap data neraca perdagangan, suku bunga BI7DRR, dan inflasi AS.

CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya menyampaikan pergerakan IHSG saat ini berpotensi mengalami kenaikan terbatas di tengah rilis data perekonomian yang akan dilansir dan rilis data kinerja emiten secara full year 2022.

"Namun, hingga saat ini belum terlihat adanya capital inflow yang mengalir deras masuk ke dalam pasar modal kita, sehingga peluang terjadinya tekanan jangka pendek juga masih terbuka," jelasnya dalam publikasi riset.

Menurut William, momentum koreksi dapat terus dimanfaatkan untuk melakukan pembelian mengingat saat ini masih di awal tahun. Hari ini IHSG berpotensi terkonsolidasi di rentang 6.803 - 6.902.

Rekomendasi saham pilihannya adalah BBRI, BBCA, ITMG, BSDE, AKRA, LSIP, TBIG. Sebelumnya pada Senin kemarin IHSG ditutup menguat 0,29 persen atau 19,81 poin ke 6.900,14.

IHSG sempat bergerak mencapai level tertinggi 6.915,14 sepanjang sesi perdagangan dan menduduki level terendah di 6.871,88.

Indo Premier Sekuritas memprediksi IHSG berbalik arah menguat pada pekan ini karena sejumlah sentimen penopangnya yakni neraca perdagangan, BI Rate, dan inflasi AS. Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Rifqi Satria Dinandra mengatakan penguatan market minggu ini karena sentimen neraca pendagangan dan BI Rate dan inflasi AS.

Dia menjelaskan pada Desember lalu neraca perdagangan tercatat surplus US$3,89 miliar dan pada Januari konsensus memperkirakan akan kembali surplus 3,26 miliar dolar AS.

"Sementara itu, BI rate yang pada Januari lalu sudah dinaikkan sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen, pada pertemuan Februari ini konsensus memperkirakan BI akan menahan tingkat suku bunganya," katanya dalam keterangan tertulis.

Terkait sentimen positif inflasi AS yang akan diumumkan pada 14 Februari waktu AS, sejauh ini konsensus pasar terkait inflasi akan turun lagi ke 6,2 persen dari sebelumnya 6,5 persen.

"Inflasi AS menjadi salah satu data yang dinanti investor untuk memperkirakan arah kebijakan The Fed," jelasnya.