Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat bahwa utang seluruh perusahaan pelat merah mencapai Rp1.640 triliun (unaudited) sepanjang 2022. Angka ini naik dari tahun lalu yang sebesar Rp1.580 triliun.

Erick menjelaskan meskipun jumlah utang BUMN ini naik, rasio utang BUMN secara konsolidasi justru mengalami penurunan dari 36,2 persen menjadi 34,2 persen. Hal ini karena adanya peningkatan modal atau ekuitas yang terjadi secara signifikan.

“Ada yang bilang utangnya naik, tapi di sisi lain equity-nya juga naik dan ini yang kita tekankan bahwa persepsi BUMN banyak utang tidak dijaga dengan ekuitas yang baik itu salah. Modal kita itu Rp3.150 triliun dibandingkan utang jauh lebih kecil utangnya (Rp1.640 triliun unaudited),” katanya dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Senin, 12 Februari.

Erick mengatakan bahwa ekuitas terjaga karena banyak aksi korporasi yang dilakukan perusahaan pelat merah di tahun 2022. Sehingga ekuita menguat dari Rp2.778 triliun menjadi Rp3.150 triliun.

Lebih lanjut, Erick mencontohkan penurunan utang terjadi di BUMN energi, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Kata Erick, terjadi penurunan utang sebesar Rp96 triliun.

“Salah satunya efisiensi di PLN itu bagaimana capex yang kita tekan, targetnya 50 persen mencapai 40 persen, ada perbaikan penurunan utang sampai Rp96 triliun kalau tidak salah,“ jelasnya.

Terkait laba konsolidasi BUMN, kata Erick, tumbuh signifikan Rp303,7 triliun (unaudited). Kata Erick, capaian laba konsolidasi ini meningkat 142,4 persen dari laba tahun sebelumnya 2021 yang tercatat Rp125 triliun.

“Laba bersih kembali meningkat sangat signifikan, yaitu ada peningkatan dari Rp125 triliun, kalau diaudit kurang lebihnya mencapai Rp303,7 triliun. Ada peningkatan signifikan Rp179 triliun,” katanya.

Erick juga mengatakan kinerja moncer BUMN ini juga diikuti dengan pertumbuhan aset BUMN dari Rp8.978 triliun menjadi Rp9.867 triliun.

“Alhamdulillah aset meningkat,” ujarnya.