YOGYAKARTA - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebutkan, inflasi di provinsi ini pada September 2022 mencapai 1,05 persen atau terendah dibandingkan daerah lain di Pulau Jawa.
"Capaian inflasi bulanan DIY lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya di Jawa," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Budiharto Setyawan dikutip dari Antara, Senin, 3 Oktober.
Ia menyebutkan, inflasi bulanan DIY lebih rendah dibandingkan DKI Jakarta yang mencapai 1,21 persen (mtm), Jawa Barat (1,21 persen), Banten (1,12 persen), Jawa Tengah (1,19 persen) dan Jawa Timur (1,23 persen).
Menurut Budiharto, inflasi DIY pada September 2022 didorong oleh kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) dan kelompok inflasi inti (core inflation), sementara kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) mengalami deflasi.
Inflasi terutama bersumber dari dampak langsung kenaikan harga bahan bakar kendaraan.
"Di sisi lain komoditas hortikultura seperti bawang merah, cabai merah dan minyak goreng melanjutkan deflasi, menahan laju inflasi yang lebih tinggi," ujar dia.
Dari kelompok administered price, menurut dia, inflasi terbesar disebabkan meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
BACA JUGA:
Sementara itu, lanjut Budiharto, dari kelompok volatile food di DIY secara bulanan mengalami deflasi.
Andil inflasi terbesar berasal dari komoditas hortikultura, yakni bawang merah dan cabai merah, yang masing-masing menyumbang sebesar -0,04 persen (mtm).
"Harga bawang merah di tingkat konsumen mengalami penurunan seiring dengan panen di daerah sentra didukung oleh cuaca yang kondusif," kata Budiharto.