JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mendapati terjadi kenaikan inflasi pada salah satu komponen bahan makanan penting, yakni beras pada sepanjang bulan lalu.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan bahwa tingkat inflasi beras secara tahunan (year on year/yoy) di September 2022 adalah sebesar 2,56 persen.
Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode Juli 2022 yang sebesar 1,13 persen.
“Kenaikan ini meskipun tipis akan tetapi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap inflasi (indeks harga konsumen/IHK) sebesar 0,08 persen,” ujarnya ketika menggelar konferensi pers pada Senin, 3 Oktober.
Menurut Margo, laju inflasi yang semakin meningkat itu terbentuk akibat terjadinya kenaikan harga jual beras di pasaran.
Dalam penjelasan dia, setidaknya terdapat dua faktor penting yang menjadi sumber penyebab harga beras lebih mahal.
“Inflasi ini lebih disebabkan karena faktor meningkatnya ongkos angkutan (distribusi) dan upah harian kuli panggul,” tuturnya.
BACA JUGA:
Tidak hanya itu, Kepala BPS mengungkapkan pula jika sentra produksi beras yang tidak merata di Indonesia membuat pasokan ke daerah lain menjadi lebih berdinamika.
“Tidak semua provinsi menjadi tempat produksi beras. Maka dari itu ada kenaikan harga dari distribusi tadi yang menimbulkan inflasi,” tegas dia.
Secara umum, kontribusi inflasi bahan pangan tercatat sebesar 1,57 persen atas inflasi IHK di bulan lalu yang sebesar 5,95 persen. Dua sektor lain adalah inflasi energi sebesar 1,51 persen serta inflasi sektor lainnya sebesar 2,87 persen.
“Komponen energi mengalami lonjakan inflasi yang besar pada September. Tingginya tekanan inflasi pada komponen energi didorong oleh kenaikan harga bensin dan solar pasca penyesuaian harga BBM,” tutup Margo.