Bagikan:

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan ada sejumlah penyebab utama yang mendorong kenaikan harga beras saat ini. Hal itu diungkapkan oleh Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini saat menggelar konferensi pers hari ini.

“Kenaikan harga beras sudah terdeteksi di level produsen, yaitu adanya kenaikan harga gabah, baik yang Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG),” ujarnya Jumat, 1 September.

Pudji mencatat, harga GKP Agustus adalah sebesar Rp5.833/Kg naik dari Juli yang sebesar Rp5.629/Kg. Begitu juga dengan GKG yang sebesar Rp6.760/Kg dari sebelumnya Rp6.389/Kg.

“Hal ini juga dipicu adanya persaingan harga oleh pemilik gabahnya itu sendiri, baik kepada petani maupun kepada penggilingan,” tuturnya.

Sementera di sisi lain, sambung Pudji, jumlah produksi beras nasional cenderung berkurang.

“Penyebabnya karena memang sudah melewati masa panen di bulan Juli yang lalu,” tegas dia.

Pudji menjelaskan, pada Agustus 2023 komoditas beras menyumbang inflasi sebesar 1,42 persen month to month (mtm) dibandingkan Juli 2023.

“Inflasi beras secara bulanan ini tertinggi sejak Maret 2023 sebesar 2,34 persen,” katanya.

Sementara secara tahunan (year on year/yoy), inflasi beras ini merupakan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

“Inflasi beras tertinggi sebelumnya terjadi pada Oktober 2015 yang kala itu sebesar 13,44 persen year on year,” ucap dia.

Untuk diketahui, inflasi umum (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada Agustus 2023 adalah sebesar 3,27 persen yoy. Bukuan itu naik dari Juli 2023 yang sebesar 3,08 persen yoy.

Sementara secara bulanan, terjadi deflasi minus 0,02 persen mtm dari sebelumnya 0,21 persen di Juli yang lalu.