Harga BBM Naik, Ikappi: Berdampak Sangat Besar terhadap Kenaikan Sembako
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Dewan Pengurus Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPP Ikappi) khawatir kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan berdampak besar terhadap banyak sektor. Termasuk juga harga sebako yang akan ikut naik.

Diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaikkan harga BBM jenis RON 90 atau Pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter.

Sementara itu, harga minyak diesel atau Solar naik dari Rp5.150 per liter ke Rp6.800 per liter.

Ketua Bidang Penguatan Usaha dan Investasi DPP Ikappi, Ahmad Choirul Furqon mengatakan, dampak kenaikan harga BBM terhadap harga sembako memang belum telihat signifikan.

Meksi begitu, Furqon mematikan kenaikan harga BBM akan berdampak terhadap harga sembako.

"Kenaikan harga BBM ini akan berdampak sangat besar terhadap kenaikan harga sembako. Mungkin hari ini masih belum terlalu terlihat, karena masih penyesuaian harga, namun kenaikan harga sembako itu pasti," katanya dalam keterangan resmi yang diterima VOI, Selasa, 6 September.

Meski belum terlalu terlihat, kata Furqon, di sejumlah daerah sudah mulai ada gejolak harga. Komoditas daging ayam dan cabai harga sudah naik.

"Dampak kenaikan harga BBM untuk awal saja sudah terlihat sekali. Baru berapa hari naik, harga daging ayam di wilayah Singaparna sudah mulai naik, harga cabai di Tasikmalaya sudah naik," ujarnya.

"Jangan sampai nanti ketika harga sembako sudah mulai naik malah saling menyalahkan. Pasalnya saling menyalahkan ini sudah pernah terjadi saat kenaikan harga cabai beberapa waktu lalu," sambungnya.

Furqon menjelaskan bahwa kenaikan harga BBM juga akan berdampak banyak hal. Seperti inflasi, harga barang-barang, hingga biaya transportasi.

"Kenaikan harga BBM ini akan memberikan efek domino terhadap kehidupan masyarakat, seperti inflasi, biaya transportasi, hingga lonjakan harga pangan," jelas Furqon.

Menurut Furqon, jika inflasi dianalisa awal hanya sekitar 4 persen, maka ada kemungkinan pascakenaikan harga BBM analisa dari perbankan dan ekonom menyebutkan paling buruk yaitu 6 hingga 8 persen.

"Terus apakah ini baik untuk sebuah negara? Tentu tidak, maka dari itu jika pemerintah ingin membuat kebijakan harus dilihat secara holistik, bukan parsial," katanya.

Karena itu, Furqon berharap pemerintah dalam menyelesaikan masalah imi tidak hanya menggunakan kebijakan populis, tapi harus dengan pertimbangan logis dan matang.

"Kami berharap pemerintah tidak hanya menggunakan kebijakan populis sebagai solusi, tapi harus kebijakan yang memang subtantif dan cerdas. Kebijakan BLT dalam praktiknya hanya seperti menjadi obat bius sementara bagi masyarakat, setelah BLT selesai lantas apa solusi untuk masyarakat," katanya.

Furqon juga mengingatkan jangan sampai kebijakan kenaikan harga BBM ini hanya menguntungkan segelintir orang.

"Kita tahu sejak lama Indonesia Disandera oleh mafia Migas, kami harap kenaikan harga BBM ini tidak hanya menguntungkan para importir migas dan menyengsarakan masyarakat, khususnya pedagang pasar," pungkasnya.

DPP IKAPPI sedang mengkonsolidasikan diri dan melakukan upaya-upaya penguatan serta menerima masukan dari anggota yang menjerit karena kenaikan BBM.

"Dalam waktu dekat akan di laksanakan pertemuan Nasional yang melibatkan seluruh perwakilan Kabupaten Kota se-Indonesia dalam menolak kenaikan harga BBM," katanya.