JAKARTA - Presiden Joko Widodo melalui Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia meminta 35 persen hak partisipasi yang dilepas Shell di Blok Masela dapat diambil sepenuhnya oleh PT Pertamina (Persero) atau perusahaan migas nasional lewat pembiayaan yang disokong oleh Indonesia Investment Authority (INA).
"Presiden sudah memerintahkan untuk yang keluar itu digantikan oleh pengusaha nasional baik itu lewat INA atau BUMN," kata Bahlil saat menggelar konferensi pers Rabu 27 Juli.
Menanggapi kemungkinan ini, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, pemerintah memiliki perhatian khusus terkait kemungkinan keterlibatan Pertamina dalam mengelola Blok Masela.
"Sudah sejak dulu Pertamina selalu ditanya oleh Presiden untuk bisa terlibat didorong untuk terlibat dalam pengembangan Lapangan Abadi Masela dan saat ini Pertamina sedang mempelajari open data, kita akan menunggu bagaimana respons dari Pertamina," ujarnya di Jakarta, Senin, 22 Agustus.
Kendati demikian, Dwi mengharapkan Pertamina dapat mengelola Blok Masela.
Sebab, dengan bergabungnya Pertamina maka akan menghadirkan rasa aman bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Blok Masela.
"Kita berharap Pertamina bisa ikut di sana (Masela) karena investor asing jika pemain nasional yang ikut tentu terasa lebih aman jadi kita berharap Pertamina bisa masuk," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto buka suara terkait kemungkinan PT Pertamina (Persero) untuk ikut menjadi mitra Inpex dalam mengelola Blok Masela.
Menurutnya, hal itu memungkinkan namun Pertamina perlu mengucurkan biaya yang tidak sedikit karena jika ingin bergabung, Pertamina harus mengeluarkan biaya sebesar 6 miliar dolar AS.
"Kita senang kalau dikelola nasional. Nasionalis boleh tapi harus tetap realistis. Kita masih butuh foreign direct investment jadi butuh investor-investor di migas untuk menggantikan posisi Shell," ujarnya di sela-sela acara Forum Kapasitas Nasional II, di JCC Senayan Jakarta, Kamis, 28 Juli.
BACA JUGA:
Selain itu, menurutnya, Pertamina juga telah mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk mengelola Blok Rokan.
"Pertamina bisa kalau punya kemampuan ekonomi. Tapi kondisi Pertamina saat ini untuk Blok Rokan saja masih megap-megap dengan working capital untuk pengeboran," lanjut Sugeng.
Sugeng menambahkan, Indonesia masih membutuhkan investor asing untuk menanamkan modalnya, sebab investasi itu penting sebagai mesin untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Pertumbuhan itu adalah satu investasi, dua adalah ekspor, tiga adalah konsumsi," pungkasnya.