Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengajak Jepang berinvestasi di sektor kesehatan dan pangan dalam pertemuannya dengan Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Nobumitsu Hayashi.

"Sektor kesehatan sudah mengembangkan layanan kesehatan di Kawasan Ekonomi Khusus yaitu di KEK kesehatan di Sanur Bali. Di KEK boleh melakukan penelitian clinical-trial dan memungkinkan dokter asing untuk bisa praktik," kata Menko Airlangga dalam keterangan resmi, dikutip dari Antara, Selasa 26 Juli.

Airlangga mengingatkan sejalan dengan terjadinya krisis global yang salah satunya di bidang pangan dan pupuk, maka dirinya pun mengundang JBIC untuk membiayai.

Gubernur Hayashi menanggapi dengan sangat mendukung investasi di bidang pangan dan pupuk yang meningkat seiring bertambahnya jumlah populasi penduduk.

"Namun, pangan dan pupuk ini memerlukan supply chain yang baik. JBIC akan sangat mendukung investasi baru di pangan dan pupuk," ujar Hayashi.

Airlangga juga menyampaikan bahwa JBIC berperan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia sebagai sumber pendanaan maupun penasihat dalam berbagai proyek infrastruktur.

JBIC setiap tahun membuat survei atas perusahaan manufaktur Jepang yang melakukan bisnis di luar Jepang (Survey on Overseas Business Operations by Japanese Manufacturing Companies). Namun pada hasil survei tahun 2021, dari Daftar "Promising Countries for Overseas Business", Indonesia masih di peringkat ke-6 atau di bawah Vietnam dan Thailand.

Oleh karenanya, kata Airlangga, Indonesia ingin lebih tinggi dari Vietnam dan Thailand. Hal tersebutlah yang menjadi alasan utama dirinya yang didampingi Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menemui JBIC di Tokyo.

JBIC memiliki spesialisasi yang salah satunya adalah pembiayaan di sektor energi dan Menko Airlangga ingin JBIC turut terlibat dalam beberapa proyek infrastruktur utama seperti pembangkit listrik Tanjung Jati-B, Jawa 1, dan pembangkit panas bumi Sarulla dan Muara Laboh, serta proyek LNG Tangguh.

"Proyek-proyek ini menyediakan sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi Indonesia," ujar Airlangga.

Selain itu, pertemuan tersebut juga membahas Proyek Masela yang akan menjadi semakin strategis, terutama pascaperang Ukraina dan Rusia dan karena melonjaknya kebutuhan gas dari negara-negara G7.

Gas menjadi sangat penting karena dapat digunakan sebagai bahan baku amonia, pupuk, dan gas juga bisa digunakan membangun metanol yaitu salah satu blending untuk biofuel. Nilai investasi proyek ini mencapai 19,85 miliar dolar AS.

Namun demikian, proyek tersebut mempunyai tantangan ke depan yaitu adanya percepatan transisi energi, persyaratan dekarbonisasi, dan perubahan industri hulu migas, sehingga perlu dievaluasi dan diidentifikasi ulang mengenai ruang lingkup proyeknya.

Selain membahas mengenai energi, pertemuan juga membahas pengembangan sektor otomotif di Indonesia. Di Indonesia, hampir 90 persen prinsipalnya berasal dari Jepang dan JBIC ikut membiayai pengembangan sektor otomotif.

"Kami mendukung investasi perusahaan Jepang di sektor manufaktur terutama di sektor otomotif, karena dengan dukungan kuat Pemerintah RI selama ini, otomotif Jepang menjadi sangat dicintai di Indonesia bahkan melebihi di Jepang sendiri. JBIC akan lebih mendorong peningkatan nilai dari investasi yang sudah ada," jelas Hayashi.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang berharap ada proyek-proyek industri manufaktur yang besar di Indonesia dapat didukung oleh JBIC. Hayashi pun menyambut baik harapan Menteri Agus dan menjanjikan akan terus mendukung investasi perusahaan Jepang di industri manufaktur, khususnya sektor otomotif.

"Indonesia negara sangat strategis dan merupakan customer JBIC terpenting, karena itu saya sangat berbahagia bisa bertemu langsung dengan Menko Airlangga dan Menteri Agus. Dukungan JBIC di bidang energi dengan mendukung listrik 11,6 GW yang sangat membantu pembangunan ekonomi Indonesia," ucap Gubernur JBIC Hayashi.

"Kami sangat senang mendengar bahwa proyek-proyek utama di Indonesia akan menjadi prioritas bagi JBIC. Indonesia yang mempunyai populasi dan ukuran ekonomi terbesar di kawasan sangat tepat untuk menjadi prioritas utama JBIC," kata Menko Airlangga.