Rusia Punya Ilmu Kebal Sanksi, Mantan Menkeu Chatib Basri Prediksi Perang Bakal Panjang
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) periode 2013-2014 Chatib Basri memprediksi bahwa konflik militer yang terjadi di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina diperkirakan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama.

“Sebuah konflik yang ditinjau dari teori daya tawar (bargaining) akan berakhir jika salah satu pihak menang. Nah, kemenangan ini tergantung dari endowment (sokongan/daya tahan) dari masing-masing pihak,” ujarnya melalui saluran daring, Senin, 4 April.

Menurut dia, prediksi konflik yang berkepanjangan didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, kemampuan bertahan dari sanksi yang dijatuhkan.

“Logika sederhananya begini, kalau Eropa kuat untuk terdampak energi tidak tersedia dan bisa lebih kuat bertahan lama mungkin Rusia-nya yang kalah. Tetapi kalau Rusia itu endowment-nya cukup banyak uang, dia running current account surplus cukup panjang, maka Rusia bisa membuat perang ini berlangsung cukup lama dimana Eropa akan menyerah,” tutur dia.

Menkeu era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lantas mengkaji lebih jauh perihal sanksi yang diberikan kepada Rusia.

“Sebuah sanksi akan efektif atau tidak jika dilihat dari dua aspek, yaitu ekonomi dan politik. Maka kalau untuk case hari ini jawabannya Rusia dan Putin itu kuat. Bahkan Putin secara konstitusi bisa berkuasa hingga sekitar 2035,” kata Chatib.

“Dari ekonomi, Rusia terdampak tetapi mereka punya running account surplus yang bisa bertahan selama beberapa tahun, dan memiliki cadangan devisa yang cukup kuat. Jadi, saya tidak akan mengatakan mereka akan terus-terusan bertahan tapi ini akan membuat waktunya panjang,” sambung dia.

Chatib pun melihat kondisi yang sama terjadi pada banyak negara Eropa sebagai ‘korban’ dari kebijakan migas Rusia.

“Buat Eropa mereka juga cukup kuat, sehingga yang akan terjadi konfliknya akan panjang. Kondisi ini tentu akan berimplikasi pada kekurangan pasokan energi yang kemudian akan memicu terjadinya inflasi yang relatif panjang,” jelas Chatib.