Bagikan:

JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri menjelaskan bahwa perang yang berlangsung antara Rusia dan Ukraina di Eropa Timur diperkirakan berlangsung dengan periode waktu yang cukup lama.

Menurut dia, hipotesis tersebut didasarkan oleh sejumlah hal, seperti kuatnya cadangan devisa dan ekonomi Rusia. Belum lagi jika dilihat dari peranan politik Vladimir Putin yang cenderung masih sangat dominan.

Di pihak lain, mayoritas negara Eropa merupakan negara maju yang memberikan keyakinan tersendiri bahwa mereka memiliki tingkat kemampuan bertahan yang tinggi untuk mencari solusi krisis energi yang diciptakan Rusia.

Situasi tersebut dipercaya akan berimplikasi pada semakin meroketnya harga komoditas penting dunia yang kini memang sudah dalam tren kenaikan.

Untuk itu, Chatib menyarankan kepada pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk melakukan perencanaan kebijakan fiskal secara komprehensif dan dalam waktu yang panjang.

“Jadi kalau tadi kita dengar pemerintah menyiapkan kebijakan untuk tiga bulan maka kita mungkin harus berfikir bagaimana policy ini lebih panjang. Kita harus menyiapkan langkah mitigasinya seperti apa karena ini mempunyai implikasi fiskal,” ujar dia ketika berdiskusi dengan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu secara daring, Senin, 4 April.

Menurut Chatib, kondisi perang yang berkepanjangan akan diikuti oleh peningkatan harga energi dunia, inflasi yang naik, dan perlambatan ekonomi dunia.

“Ini (perlambatan ekonomi) mungkin tidak akan dirasakan sekarang tetapi dalam jangka panjang bisa terjadi,” tutur dia.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, pemerintah telah menggelontorkan dana Rp6,15 triliun untuk program BLT minyak goreng bagi 20,5 juta masyarakat. Bantuan sosial (bansos) itu dikucurkan sebagai bantalan atas melonjaknya harga minyak goreng sebagai dampak dari harga CPO yang kini sedang melambung.