JAKARTA - Ekonom senior yang juga Mantan Menteri Keuangan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada periode 2012-2013, Chatib Basri meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya akan tetep terjaga kuat lantaran faktor kebijakan stabilitas makro ekonomi yang cukup baik.
“Jika dilihat dari sisi fiskal dan kebijakan moneter, baik otoritas moneter maupun otoritas fiskal mampu memberikan stabilitas makro untuk landasan yang baik bagi masuknya investasi ke Indonesia,” kata Chatib saat East Asia and Pacific Economic Update, di Zoom, Kamis, 4 April.
Chatib menyampaikan faktor penting lainnya dari terjaganya pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu berasal dari tingginya konsumsi sektor swasta dan keberhasilan pemerintah dalam menjaga serta mengendalikan inflasi.
“Indonesia mampu menjaga inflasi yang relatif rendah dibandingkan banyak negara di kawasan,” ujarnya.
Menurut Chatib pengelolaan defisit anggaran juga menjadi salah satu faktor pembeda, lantaran terjaganya defisit anggaran Indonesia yang berada di bawah 3 persen dari PDB karena terhimpunnya penerimaan pajak.
Selain itu, Bank Dunia dalam penjelasannya memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik akan bergerak cepat. Meskipun, kawasan lain di belahan dunia lain mengalami perlambatan yang lebih dalam sebelum era pandemi.
BACA JUGA:
Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik diproyeksi turun menjadi 4,5 persen pada 2024. Padahal sebelumnya, memperkirakan perekonomian di kawasan Asia Timur dan Pasifik bisa tumbuh 5,1 persen.
Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Manuela V. Ferro menyampaikan kawasan Asia Timur dan Pasifik sangat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
“Kawasan Asia Timur dan Pasifik memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan ketika kawasan ini menghadapi lingkungan global yang lebih menantang dan tidak menentu, populasi yang menua, dan dampak perubahan iklim,” katanya.