Mantan Menkeu Chatib Basri: Sikap Pesimisme Dapat Tingkatkan Risiko Terjadinya Resesi
Mantan Menteri Keuangan RI, Chatib Basri. (Foto: Instagram @chatibbasri)

Bagikan:

JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri mengungkapkan, sikap pesimisme dapat meningkatkan risiko terjadinya resesi. Menurutnya, apabila konsumen beranggapan resei akan terjadi resesi jika mengurangi belanjanya, resesi justru semakin berisiko terjadi.

Hal tersebut disampaikan oleh Chatib Basri melalui unggahan di akun Instagramnya, yang dikutip Senin 24 Oktober. Dia menuliskan mengapa pesimisme bisa membuat resesi benar-benar terjadi: animal spirits, paradox of thrift.

Chatib Basri menyampaikan penjelasan karya seminar ekonom John Maynard Keynes yang berjudul The General Theory of Employment, Interest, and Money. Di sana, Keynes yang merupakan ekonom terbesar abad 21 memperkenalkan konsep animal spirits.

Menurutnya, keputusan ekonomi ditentukan oleh faktor rasional dan psikologis, salah satunya mengenai ekspektasi. Chatib menjelaskan bahwa dalam konteks saat ini, jika orang memiliki ekspektasi bahwa resesi akan terjadi, maka dia akan memutuskan untuk tidak melakukan investasi.

"Akibatnya, permintaan agregat mengalami penurunan. Ketika permintaan permintaan mengalami penurunan, maka orang tidak akan tertarik untuk melakukan investasi, sehingga yang terjadi adalah pertumbuhan ekonomi semakin melambat, terjadilah backwash effect, yang akhirnya bisa membawa akibat kepada resesi," ujar Chatib dalam akun Instagram @chatibbasri.

Menurutnya, perilaku yang sama pun terjadi di sisi konsumen. Ketika konsumen beranggapan bahwa resesi akan terjadi, maka orang-orang akan meningkatkan tabungannya dan belanja atau konsumsi berpotensi menurun.

Lebih lanjut kata Chatib Basri, jika belanja menurun maka permintaan agregat pun akan mengalami penurunan. Dalam kondisi itu, terjadilah perlambatan ekonomi, yang jika terus terjadi dapat menyebabkan resesi.

"Inilah yang disebut sebagai paradox of thrift," katanya.

Chatib menyampaikan anjuran Keynes, bahwa dalam kondisi itu pemerintah perlu meningkatkan belanjanya untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Salah satunya adalah dengan memberikan bantuan sosial untuk kelompok rentan.