Bagikan:

JAKARTA - Langkah Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Uni Eropa yang menjatuhkan sanksi terhadap Rusia seiring invasi militer negara tersebut ke Ukraina rupanya justru menimbulkan serangan balik (backfire) pada kalangan investor di luar Rusia.

Hal ini terjadi lantaran dengan adanya berbagai sanksi tersebut, perusahaan-perusahaan Rusia terpaksa tidak bisa melakukan transaksi ke luar negaranya. Padahal, tidak sedikit surat utang (obligasi) dari perusahaan-perusahaan tersebut yang dikuasai oleh kalangan investor AS dan negara-negara Uni Eropa.

Dengan kondisi demikian, pada akhirnya aktivitas pembayaran kupon obligasi perusahaan-perusahaan Rusia kepada para pemegangnya, yang sedianya lancar tanpa gangguan, kini justru jadi tersendat.

Sebagaimana dilansir Reuters, Rabu, 23 Maret, produsen baja Rusia, Severstal, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Alexey Mordashov, telah dijatuhi sanksi larangan transaksi internasional oleh Uni Eropa per tanggal 28 Februari 2022 lalu. Kondisi ini membuat Severstal tidak bisa memenuhi kewajiban kupon kepada para pemegang obligasinya.

Kasus serupa juga menimpa Evraz, produsen baja milik pengusaha Roman Abramovich yang juga dikenai sanksi serupa, sehingga terpaksa harus melibatkan agen pembayar guna melunasi kupon obligasinya yang jatuh tempo pada 21 Maret 2022 mendatang, usai aktivitas keuangannya diblokir sementara oleh Bank Koresponden Barat.

Laporan Bloomberg sebelumnya juga menyebut Chief Executive Officer dari perusahaan pupuk EuroChem, Vladimir Rashevskiy, terpaksa mundur pada 16 Maret 2022 lalu usai sehari sebelumnya menerima sanksi serupa dari Uni Eropa. Dengan mengundurkan diri, Rashevskiy berharap transaksi keuangan EuroChem tidak lagi terganggu oleh status sanksi yang diterimanya.

Salah satu dampak dari serangkaian sanksi yang dijatuhkan AS dkk memang diantaranya adalah membuat kalangan perbankan menjadi lebih berhati-hati demi menghindari pelanggaran aturan. Meski, sejauh ini kupon yang jatuh tempo pada obligasi berdenominasi dolar AS diperkirakan telah diproses oleh bank perantara di bawah lisensi sementara yang dikeluarkan oleh Kantor Pengawasan Aset Asing AS (Office of Foreign Assets Control/OFAC).

JPMorgan mencatat bahwa korporasi Rusia tercatat memiliki hampir 100 miliar dolar AS obligasi mata uang keras yang beredar, lebih dari dua kali lipat 40 miliar dolar AS utang negara Rusia di pasar obligasi internasional. Lebih dari 50 persen dari obligasi korporasi yang beredar diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang dikelola negara, dengan kecenderungan yang berat terhadap perusahaan-perusahaan minyak dan gas.