Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), akan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2022 senilai Rp750 miliar. Dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk pembayaran (refinancing) pinjaman perseroan.

Berdasarkan prospektus, dikutip Jumat 18 Maret, perusahaan petrokimia tersebut, berencana menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap II dengan tiga seri, yakni Seri A sebesar Rp185,6 miliar dengan tingkat bunga tetap 8,5 persen per tahun dan berjangka waktu tiga tahun, Seri B senilai Rp440,9 miliar dengan tingkat bunga tetap 9,5 persen berjangka waktu lima tahun, serta Seri C sebesar Rp123,5 miliar dengan tingkat bunga tetap 10,5 persen per tahun berjangka waktu tujuh tahun.

Obligasi ini merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan II Barito Pacific dengan target dana Rp1,5 triliun. BRPT sebelumnya telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap I Tahun 2021 senilai Rp750 miliar.

Obligasi Berkelanjutan II Tahap II BRPT telah mendapat hasil pemeringkatan idA atau Single A dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Berperan sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi adalah PT BNI Sekuritas dan PT BCA Sekuritas, serta wali amanat adalah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

Masa penawaran umum obligasi Barito Pacific akan berlangsung pada 25-28 Maret 2022, disusul tanggal penjatahan pada 29 Maret 2022, serta pengembalian uang pemesanan dan distribusi obligasi secara elektronik pada 31 Maret 2022. Selanjutnya, pencatatan obligasi di Bursa Efek Indonesia dijadwalkan pada 1 April 2022.

Sebelumnya, anak usaha perseroan, yakni PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) telah menuntaskan program penawaran umum berkelanjutan (PUB) III untuk obligasi rupiah senilai total Rp5 triliun. Saat ini, Barito Pacific menguasai 38,46 persem saham TPIA, di mana sebanyak 34,54 persen dimiliki secara langsung dan 3,92 persen tidak langsung melalui Marigold Resources Pte Ltd.

Chandra Asri telah melaksanakan PUB III tahap I tahun 2020 sebesar Rp1 triliun, tahap II tahun 2020 sebesar Rp600 miliar, tahap III tahun 2021 senilai Rp1 triliun, tahap IV tahun 2021 sebesar Rp1 triliun, dan tahap V tahun 2022 senilai Rp1,4 triliun.

Penerbitan tahap V tahun 2022 mencatat pemesanan terlebih dahulu dan kelebihan permintaan (oversubscription) terbesar yang pernah ada, yaitu Rp2,5 triliun (178 juta dolar AS), dengan rekor baru penerbitan satu tahap terbesar oleh Chandra Asri sebesar Rp1,4 triliun (100 juta dolar AS).

Ini juga tercatat sebagai salah satu tenor terpanjang untuk perusahaan swasta, dengan pelunasan kredit sekaligus hingga 10 tahun melalui persyaratan yang kompetitif dan menarik.