JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan pandangannya terkait dengan eskalasi ketegangan yang terus memuncak antara Rusia dan Ukraina terhadap kondisi perekonomian RI. Menurut dia, situasi tersebut merupakan salah satu faktor eksternal yang perlu diwaspadai.
“Semuanya ini yang terjadi di global, apakah itu tensi geopolitik, apakah percepatan normalisasi kebijakan moneter The Fed dan juga rencana normalisasi kebijakan moneter di Eropa tentu saja akan berdampak pada pasar keuangan,” ujarnya saat memberikan keterangan pers secara daring, Kamis, 10 Februari.
Menurut Perry, situasi global masih akan terus diliputi oleh ketidakpastian di tengah ancamanan pandemi COVID-19. Bahkan, dirinya memandang apa yang terjadi saat ini bisa menimbulkan dinamika terhadap arus modal ke Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya.
“Dampaknya terhadap Indonesia dan emerging market lain tentu saja pada arus modal asing, khususnya dalam bentuk fixed income, SDM, dan nilai tukar,” tuturnya.
Perry menambahkan, selain normalisasi kebijakan The Fed, negara-negara di Eropa juga bakal melakukan hal yang sama sebagai respon atas situasi perekonomian terkini. Meski demikian bos BI itu menilai jika tekanan masih bisa dijaga mengingat telah ada kesiapan dari negara-negara yang akan terdampak.
“Disini BI melihat dampaknya terhadap nilai tukar tidak akan sesignifikan seperti yang dulu,” kata dia.
BACA JUGA:
Dalam analisisnya, normalisasi kebijakan moneter AS dan Eropa bakal menguatkan nilai tukar mata uang asing, khususnya dari negara maju. Walaupun Perry mengakui rupiah berpotensi melemah, akan tetapi dia menyebut tekanan yang timbul masih bisa dikelola secara baik.
“Seberapa dampaknya terhadap pelemahan nilai tukar rupiah maka akan bisa terkendali karena secara fundamental, secara teknikal, rupiah kuat yang didukung oleh langkah-langkah strategis BI,” tegas dia.
Sebagai informasi, dalam kesempatan tersebut Perry memprediksi The Fed akan mulai menaikan suku bunga mulai Maret 2022 hingga akhir tahun. Dia menyebut bank sentral AS itu dipercaya bakal mengerek The Fed Fund Rate sebesar 100 basis poin dalam empat tahap kenaikan di tahun ini.