Bagikan:

JAKARTA - Adiwarman Azwar Karim atau biasa dipanggil Adiwarman Karim merupakan seorang ahli ekonomi syariah Indonesia. Bagi kalangan yang menggeluti kegiatan ekonomi berprinsip Islami, rasanya wajib mengenal sosok yang satu ini.

Dilahirkan di Jakarta, 29 Juni 1963, ekonom syariah yang juga gemar berdakwah itu dikenal cukup lugas dalam menyampaikan materi. Bahkan, bagi sebagian masyarakat yang pernah mengikuti kajiannya, dia tidak segan-segan untuk memberikan uang kepada audiens yang berhasil menjawab pertanyaannya. Strategi itu ditengarai sebagai cara untuk menarik minat atensi.

Sebelum dikenal luas publik Tanah Air sebagai sosok yang religius seperti saat ini, masa muda Adiwarman ternyata cukup bertolak belakang.

Dalam sebuah literatur diungkapkan jika dia sempat terseret pergaulan bebas. Dia lebih senang hura-hura dan berdisko ketimbang belajar atau mengaji. Meskipun bisa melewati jenjang sekolah menengah dengan baik, sikap suka hura-huranya tetap melekat hingga duduk di bangku kuliah Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan sosial ekonomi pada 1982.

Hal tersebut membuat nilainya jeblok. Tahun berikutnya dia berusaha melepaskan belenggu negatif dari pergaulan yang nirmanfaat melalui cara menyibukkan diri.

Pada 1983 Adi memutuskan untuk pindah kuliah ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Pada 1985, ayahnya meninggal akibat kanker yang diderita. Momentum tersebut diyakini semakin mengukuhkan dirinya untuk berubah 180 derajat ke arah yang lebih baik.

Bak gayung bersambut, pendidikan yang ditempuh berjalan mulus. Adi bahkan memperoleh kesempatan melanjutkan pendidikan master bidang keuangan di Universitas Boston, Amerika Serikat melalui beasiswa yang didapat.

Setelah menyelesaikan tesisnya tentang ekonomi syariah Iran, dia berkelana mencari ilmu ke Universitas European, Belgia dan meraih gelar MBA pada tahun 1988.

Kecerdesan yang dimiliki menuntun Adi dalam kesuksesan karir. Sebelum mendapatkan rekomendasi OJK sebagai Komisaris Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) pekan ini, dia adalah anggota Dewan Syariah Nasional MUI dan dewan pengawas sejumlah lembaga perbankan syariah.

Asal tahu saja, kursi strategis di bank syariah terbesar RI diperoleh Adi dari perjalanan panjangnya di industri jasa keuangan. Dia menjadi salah satu tokoh pertama yang berkontribusi dalam lahir dan berkembangnya Bank Muamalat, entitas perbankan syariah pertama di Indonesia.

Pada tahun 1998, karirnya melesat dan dipercaya memimpin Bank Muamalat cabang Bandung. Setelah itu, berkah datang bertubi-tubi, yakni naik jadi Wakil Direktur Utama Muamalat Institute sampai memutuskan mengundurkan diri pada 2001.

Adi juga tercatat sebagai inisiator The International Institute of Islamic Thought (IIIT) Indonesia. Pada Agustus 2001, dia mendirikan perusahaan konsultan bisnis syariah Karim Consulting Indonesia, yang telah membidani lahirnya beberapa unit syariah di sejumlah bank di Indonesia.