JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa ada lebih banyak tantangan ekonomi yang harus dihadapi oleh negara-negara di dunia dengan mempertimbangkan situasi terkini.
Menurut dia, hal tersebut dapat dilihat dari ketidakpastian pasar keuangan yang meningkat, seiring dengan eskalasi ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina.
“Eskalasi ketegangan geopolitik yang diikuti dengan pengenaan sanksi berbagai negara terhadap Rusia mempengaruhi transaksi perdagangan, pergerakan harga komoditas, dan pasar keuangan global, di tengah penyebaran COVID-19,” ujarnya saat memberikan keterangan pers secara daring pada Kamis, 17 Maret.
Perry menjelaskan, pertumbuhan di berbagai negara, seperti Eropa, Amerika Serikat (AS), Jepang, China, dan India berpotensi lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.
“Sebelumnya pertumbuhan ekonomi global diperkirakan bisa 4,4 persen. Namun, dengan perkembangan terkini bisa turun menjadi 4,2 persen atau bahkan 3,8 persen,” tuturnya.
BACA JUGA:
Lebih lanjut, bos BI itu menyebut jika volume perdagangan dunia juga berpeluang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sejalan dengan risiko tertahannya perbaikan perekonomian global dan gangguan rantai pasokan yang masih berlangsung.
Kata dia, harga komoditas global meningkat, termasuk komoditas energi, pangan, dan logam, sehingga memberikan tekanan pada inflasi global. Eskalasi ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina tersebut menambah ketidakpastian pasar keuangan global.
“Andil juga diberikan oleh kenaikan suku bunga bank sentral AS dan percepatan normalisasi kebijakan moneter di negara maju lain, sebagai respons terhadap meningkatnya tekanan inflasi akibat kenaikan harga energi,” tegasnya.
“Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya aliran modal, seiring dengan risiko pembalikan arus modal ke aset yang dianggap aman (safe haven asset), dan tekanan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia,” tutup Perry.