Bagikan:

JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa kondisi global di sisa tahun ini hingga tahun depan masih akan terus bergejolak. Menurut dia, situasi tersebut sudah dapat dipastikan memberikan pengaruh terhadap perekonomian di Indonesia.

“Kita tidak tahu kapan selesainya perang Rusia dan Ukraina,” ujarnya ketika menghadiri rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada Senin, 21 November.

Perry menjelaskan, keadaan ini diperberat dengan berlanjutnya perang dagang antara China dengan Amerika Serikat.

“Kita juga tahu ada ketegangan geopolitik di Taiwan. Kemudian China juga bersiap memperpanjang kebijakan lockdown-nya (untuk mengatasi COVID-19) sampai dengan setengah tahun ke depan atau hingga dua kuartal 2023,” tutur dia.

Bos BI itu mengungkapkan pula jika situasi ini bakal memperberat kinerja ekonomi, tidak hanya bagi RI tetapi semua negara di dunia.

“Ini bisa semakin memicu tingginya harga komoditas energi maupun yang lain-lain,” imbuhnya.

Secara keseluruhan, Perry menyatakan bahwa tingkat ekonomi global diperkirakan melambat yang disertai tingginya level inflasi dan agresifnya kebijakan moneter di negara maju.

“Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini yang diramal 3 persen akan turun menjadi 2,6 persen di 2023. Bahkan, ada risiko-risiko yang bisa membuat angka pertumbuhan tinggal 2 persen di tahun depan,” tegasnya.