Bagikan:

JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan kembali mempertahankan BI-rate di level 6,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur Agustus 2024. 

"BI diperkirakan akan kembali mempertahankan BI-rate di level 6,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur Agustus 2024," jelasnya kepada VOI, Rabu, 21 Agustus. 

Menurut Josua meskipun kondisi pasar keuangan global telah membaik akibat sentimen risk-on yang didorong oleh meningkatnya potensi penurunan suku bunga The Fed dan inflasi domestik yang stabil, yang membuka ruang untuk penurunan BI-rate. 

"Kami percaya bahwa BI masih akan mempertimbangkan ketidakpastian global, terutama terkait kondisi geopolitik dan prospek pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan melambat," ujarnya.

Josua menyampaikan ketidakpastian global terkait ketegangan geopolitik dan prospek pertumbuhan ekonomi global masih mengkhawatirkan, sehingga menimbulkan risiko bagi pergerakan Rupiah meskipun kondisi ekonomi domestik Indonesia cukup kuat. 

Josua menjelaskan perlambatan ekonomi global ini dapat memberikan tekanan pada sektor eksternal Indonesia, sehingga meningkatkan risiko pelebaran defisit neraca transaksi berjalan di tengah tren ekspansi defisit fiskal. 

Oleh sebab itu, Josua memperkirakan bahwa BI tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan penurunan suku bunga.

Menurut Josua, BI diperkirakan akan mulai menurunkan BI-rate setelah the Fed secara definitif menurunkan Federal Funds Rate (FFR). 

"Fundamental ekonomi Indonesia saat ini cukup solid dan masih prospektif," jelasnya. 

Josua menjelaskan sebagian besar tekanan berasal dari eksternal, terutama terkait dengan ketegangan geopolitik, suku bunga kebijakan global, dan kondisi ekonomi global. Jika tekanan eksternal mulai mereda, kami melihat adanya ruang yang cukup bagi BI untuk melakukan penurunan suku bunga.

"Selain mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneternya, BI diperkirakan akan mempertimbangkan penerapan exit strategy dari kebijakan SRBI dalam jangka pendek," ucapnya. 

Josua memperkirakan ruang untuk pemangkasan BI-rate semakin terbuka di paruh kedua tahun 2024 jika kondisi eksternal terus membaik dan mendukung sentimen risk-on, sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas nilai tukar Rupiah. 

"Jika semua kondisi terbukti mendukung, ada kemungkinan BI akan mengalihkan fokus kebijakan moneternya dari stabilitas ke pertumbuhan," pungkasnya.